Latihan di Pakarangan Ulin Wahana Satia Sunda.
Menyatukan alat musik barat dan tradisional, namun dengan alat minimalis ternyata kami mampu menjadi musik pengiring upacara adat perkawinan, homeband dan program talkshow di televisi.
Pusat Konservasi Seni Budaya Tradisional Sunda dengan memiliki Pakarangan Ulin WSS sebagai sarana eksplorasi seni budaya. berkedudukan di wilayah dusun Cikubang Desa Citali Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang - Jawa Barat
Kamis, 08 Januari 2015
Rabu, 07 Januari 2015
Senin, 05 Januari 2015
Anak, Mainan dan Permainan Tradisional, Karakter, dan Akhlak Budaya
Anak, Mainan dan Permainan Tradisional, Karakter, dan Akhlak Budaya.
Wawan Aldo Supriatna
Pendiri Pusat Konservasi Seni Budaya WAHANA SATIA SUNDA.
Mainan dan permainan tradisional memiliki berbagai pengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan maayarakat sosial pada umumnya. Melihat pada sejarahnya mainan dan permainan tradiaional merupakan mainan dan permainan rakyat yang dilakukan dalam bermain mengisi waktu luang sebelum mengisi waktu belajar, membantu pekerjaan orang tua, bercengkrama dengan keluarga, dan menunggu saatnya tidur. Namun seiring banyaknya pemikir, seniman, budayawan, dan orang-orang yang peduli terhadap budaya tradisional melakukan pengkajian secara lebih mendalam mengenai identifikasi mainan dan permainan tradisional akhirnya banyak fakta yang muncul ke permukaan publik bahwa mainan dan permainan tradisional mengandung nilai-nilai edukatif.Kecerdasan berpikir, kesegaran jasmani, kelincahan, kreatifitas, loyalitas, toleransi, kerjasama, kemandirian, berkepemimpinan, dan tanggung jawab menyatu dalam sebuah balutan hiburan dan permainan rakyat yang peka terhadap lingkungannya.
Wacana diatas memberikan peluang besar bagi anak-anak untuk tumbuh dengan karakter yang kuat serta memiliki akhlak budaya yang tinggi. Dengan demikian anak-anak akan memiliki toleransi dalam bersosial, peka terhadap lingkungan aekitar, serta menjungjung tinggi nilai-nilai budaya yang dimilikinya. Banyak ruang positif dalam mainan dan permainan tradisional, terutama dalam hal membentuk suatu karakter anak sekaligus menumbuhkan akhlak yang berbudaya. Ini akan menjadi tugas bagi semua orang tua untuk mengembalikan kembali hak anak yang sesungguhnya, yakni dunia bermain. Bermain bukan sekedar bermain mencari hiburan yang pada akhirnya menjadi "main-main", melainkan bermain menemukan nilai-nilai edukatif yang bersifat memupuk karakter dan akhlak budaya.
Wawan Aldo Supriatna
Pendiri Pusat Konservasi Seni Budaya WAHANA SATIA SUNDA.
Mainan dan permainan tradisional memiliki berbagai pengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan maayarakat sosial pada umumnya. Melihat pada sejarahnya mainan dan permainan tradiaional merupakan mainan dan permainan rakyat yang dilakukan dalam bermain mengisi waktu luang sebelum mengisi waktu belajar, membantu pekerjaan orang tua, bercengkrama dengan keluarga, dan menunggu saatnya tidur. Namun seiring banyaknya pemikir, seniman, budayawan, dan orang-orang yang peduli terhadap budaya tradisional melakukan pengkajian secara lebih mendalam mengenai identifikasi mainan dan permainan tradisional akhirnya banyak fakta yang muncul ke permukaan publik bahwa mainan dan permainan tradisional mengandung nilai-nilai edukatif.Kecerdasan berpikir, kesegaran jasmani, kelincahan, kreatifitas, loyalitas, toleransi, kerjasama, kemandirian, berkepemimpinan, dan tanggung jawab menyatu dalam sebuah balutan hiburan dan permainan rakyat yang peka terhadap lingkungannya.
Wacana diatas memberikan peluang besar bagi anak-anak untuk tumbuh dengan karakter yang kuat serta memiliki akhlak budaya yang tinggi. Dengan demikian anak-anak akan memiliki toleransi dalam bersosial, peka terhadap lingkungan aekitar, serta menjungjung tinggi nilai-nilai budaya yang dimilikinya. Banyak ruang positif dalam mainan dan permainan tradisional, terutama dalam hal membentuk suatu karakter anak sekaligus menumbuhkan akhlak yang berbudaya. Ini akan menjadi tugas bagi semua orang tua untuk mengembalikan kembali hak anak yang sesungguhnya, yakni dunia bermain. Bermain bukan sekedar bermain mencari hiburan yang pada akhirnya menjadi "main-main", melainkan bermain menemukan nilai-nilai edukatif yang bersifat memupuk karakter dan akhlak budaya.
Sabtu, 03 Januari 2015
Wahana Satia Sunda
wahana satia sunda berkunjung ke Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang
ini salah satu foto WSS di depan kereta kencana naga paksi
"Kereta Kencana Naga Paksi"
ini salah satu foto WSS di depan kereta kencana naga paksi
"Kereta Kencana Naga Paksi"
Jumat, 02 Januari 2015
Wahana Satia Sunda
Alika Futhri, anggota Wahana Satia Sunda paling bontot yang sudah mempunyai banyak ketertarikan pada konservasi seni budaya tradisional.
Wahana Satia Sunda mengunjungi Musieum Prabu Geusan Ulun
Kami dengan rombongan anak-anak Wahana Satia Sunda mencoba ingin lebihi banyak mengetahui sejarah kerajaan Sumedang Larang. Anak-anak sebagai generasi penerus dan penyambung lidah akan sejarah daerahnya sendiri.Museum Prabu Geusan Ulun berada di tengah-tengah pusat kota Sumedang, lebih jelasnya lagi berada di komplek Gedung Negara depan alun-alun Kota Sumedang.
Pakarangan Ulin WSS
Pakarangan Ulin WSS (Wahana Satia Sunda) menyajikan berbagai wahana mainan dan permainan tradisional, salah satunya wahana membuat mainan. Beragam mainan yang dibuat dari media alam, salah satu contohnya dari media daun kelapa adalah kekerisan, pepecutan, empet-empetan (terompet),
Kamis, 01 Januari 2015
Perepet Jengkol
Jenis permainan tradisional "Perepet Jengkol" sebuah permainan yang menggunakan media tubuh (tanpa alat bantuan/properti), kaki menjadi alat utama dalam permainan ini.
permainan bisa oleh beberapa kelompok, satu kelompok bisa terdiri dari 3-4 pemain yang saling membelakangi dengan
kemudian saling mengaitkan kaki kanannya pada kaki temannya hingga seperti menyimpul. Setelah itu mereka berloncat-loncat berputar sambil bernyanyi (menyanyikan kawih) yang liriknya sebagai berikut: "perepet jengkol jajahean, kadempet jempol jejeretean", terus diulang-ulang sampai ada kelompok yang bertahan tidak jatuh maka dialah pemenangnya. Pemenang adalah yang mampu mempertahankan keseimbangan buah dari kerjasama dan kesepakatan yang dibangun kelompok tersebut.
permainan "perepet jengkol" ini mengandung manfaat besar bagi personal si pemainnya, dimana masing-masing personal harus saling menitipkan beban sebagian tubuhnya pada orang lain (anggota kelompoknya), sebaliknya yang membawa beban sebagian tubuh orang lain harus bisa bertanggung jawab membawa keselamatan tubuh orang lain. Maka disini tercermin sikap toleransi dan tanggung jawab, masing-masing personal memiliki porsi tugas dan tanggung jawab yang sama. Keharmonisan, kedekatan emosi, kerjasama, kekompakan dan kesepakatan untuk sebuah tanggung jawab tertanam jelas dalam permainan " Perepet Jengkol" ini.
Semoga ada manfaat yang bisa kita ambil dari tulisan ini. Mohon maaf atas segala bentuk kekurangannya . Terima kasih.
Wawan Aldo Supriatna
Workshop Konservasi Permainan Tradisional (WKPT)2014 Wahana Satia Sunda
sebuah gebrakan baru di kabupaten sumedang yang mencoba memaknai ethnic sunda. workshop konservasi permainan tradisional (WKPT) 2014 yang dilaksanakan pada tanggal 07 Desember 2014 lalu dengan diikuti 200 lebih peserta dari berbagai lapisan masyarakat dan para guru. event ini digelar di Pakarangan Ulin Wahana Satia Sunda di Dusun Cikubang Desa Citali Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumednng-Jawa Barat ini menaruh simpati para masyarakat, guru-guru, seniman dan budayawan yang terlibat dalam seluruh rangkaian event tersebut. event yang hanya bermodalkan dana dari swadaya masyarakat dusun cikubang ini mampu membius perhatian banyak kalangan, baik dari kalangan seniman, budayawan dan juga para awak media di jawa barat. dukungan para media partnert cukup sangat membantu kelangsungan event ini dari awal sampai akhir, ditambah dengan kerjasama apik dengan KUI (Kantor Urusan Internasional) salah satu pendukung dari event tersebut mampu mengirim Darmasiswa asal mancanegara yang tersebar di beberapa universitas dan perguruan tinggi di bandung hingga menambah semaraknya event WKPT 2014. adapun darmasiswa yang mendominasi hadir dan ikut terlibat adalah dari ISBI Bandung.
kami cukup berbangga hati di event kali ini walau tanpa dukungan dari pemerintah terkait, dengan dana seadanya kami mampu menyukseskan suatu event yang notabene melibatkan seluruh element masyarakat, seni budaya, kewirausahaan, pertanian dan religi. alhamdulillah...kami bersyukur dapat menyatukan silaturahmi antara anak-anak, remaja, pemuda-pemudi,orang tua, para tokoh masyarakat dan para guru TK,PAUD, KOBER, SD, dan SMP berbaur menjadi satu tujuan, yakni melestarikan seni budaya tradisional sunda yang khususnya hidup di lingkungan dusun cikubang, sesuai dengan semboyan WSS sendiri ; " Nu Kolot Ulah Dipohokeun, Nu Ngora Ulah Disapirakeun. Silih Asah, Silih Asih,Silih Asuh, Jeung Silih Sengitan".
selain memperkenalkan kembali permainan tradisional (Kaulinan) kami juga mendongkrak konservasi seni budaya lewat seni pertunjukan degung, gambang, kacapi suling, tarawangsa, dan pencak silat. ditambah dengan artistik dari kelompok tani yang ada di dusun cikubang yang menampilkan bebegig fest 2014 dimana area pesawahan dekat Pakarangan Ulin dipenuhi hiasan berbagai macam kreasi bebegig (orang-orangan sawah/momonon).
untuk selanjutnya kami ada beberapa event lagi yang akan mengisi tahun 2015 ini. masih kami kaji terlebih dahulu pada wilayah pemilahan konsep mana dulu yang akan terlebih dahulu kami publikasikan via event pembuka di tahun 2015 ini. pada event nanti kami berharap pemerintahan kabupaten sumedang bisa mendukung kami baik secara moril maupun materil supaya terjalin silaturahmi dan kerjasama yang lebih pantas lagi antara seniman sebagai pelaku seni, budayawan sebagai pelaku pada tatanan kebudayaan dan pemerintah sebagai fasilitator pendanaan. akan cukup mumpuni untuk pelestarian dan perkembangan seni budaya bila seluruh element bisa bekerjasama dengan baik, dan tak akan takut lagi cerita akan diklaimnya budaya kita oleh negara lain bila sang pemiliknya terus melindungi hak miliknya.
selamat berpikir untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa kita lewat konservasi seni budaya.
terimakasih kami ucapkan kepada seluruh masyarakat Dusun Cikubang, seluruh donatur, para Guru TK, Paud, Kober, SD, dan SMP, ISBI Bandung, KUI, Para Darmasiswa, Radar Sumedang, Tribun Jabar, Sumedang Ekspress, PARTV Sumedang, I-Channel Bandung, dan seluruh pihak yang telah membantu dalam event tersebut yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. semoga kebaikan saudara dibalas oleh Alloh SWT dengan kebaikan pula yg berlipat-lipat ganda. Amin!
kami cukup berbangga hati di event kali ini walau tanpa dukungan dari pemerintah terkait, dengan dana seadanya kami mampu menyukseskan suatu event yang notabene melibatkan seluruh element masyarakat, seni budaya, kewirausahaan, pertanian dan religi. alhamdulillah...kami bersyukur dapat menyatukan silaturahmi antara anak-anak, remaja, pemuda-pemudi,orang tua, para tokoh masyarakat dan para guru TK,PAUD, KOBER, SD, dan SMP berbaur menjadi satu tujuan, yakni melestarikan seni budaya tradisional sunda yang khususnya hidup di lingkungan dusun cikubang, sesuai dengan semboyan WSS sendiri ; " Nu Kolot Ulah Dipohokeun, Nu Ngora Ulah Disapirakeun. Silih Asah, Silih Asih,Silih Asuh, Jeung Silih Sengitan".
selain memperkenalkan kembali permainan tradisional (Kaulinan) kami juga mendongkrak konservasi seni budaya lewat seni pertunjukan degung, gambang, kacapi suling, tarawangsa, dan pencak silat. ditambah dengan artistik dari kelompok tani yang ada di dusun cikubang yang menampilkan bebegig fest 2014 dimana area pesawahan dekat Pakarangan Ulin dipenuhi hiasan berbagai macam kreasi bebegig (orang-orangan sawah/momonon).
untuk selanjutnya kami ada beberapa event lagi yang akan mengisi tahun 2015 ini. masih kami kaji terlebih dahulu pada wilayah pemilahan konsep mana dulu yang akan terlebih dahulu kami publikasikan via event pembuka di tahun 2015 ini. pada event nanti kami berharap pemerintahan kabupaten sumedang bisa mendukung kami baik secara moril maupun materil supaya terjalin silaturahmi dan kerjasama yang lebih pantas lagi antara seniman sebagai pelaku seni, budayawan sebagai pelaku pada tatanan kebudayaan dan pemerintah sebagai fasilitator pendanaan. akan cukup mumpuni untuk pelestarian dan perkembangan seni budaya bila seluruh element bisa bekerjasama dengan baik, dan tak akan takut lagi cerita akan diklaimnya budaya kita oleh negara lain bila sang pemiliknya terus melindungi hak miliknya.
selamat berpikir untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa kita lewat konservasi seni budaya.
terimakasih kami ucapkan kepada seluruh masyarakat Dusun Cikubang, seluruh donatur, para Guru TK, Paud, Kober, SD, dan SMP, ISBI Bandung, KUI, Para Darmasiswa, Radar Sumedang, Tribun Jabar, Sumedang Ekspress, PARTV Sumedang, I-Channel Bandung, dan seluruh pihak yang telah membantu dalam event tersebut yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. semoga kebaikan saudara dibalas oleh Alloh SWT dengan kebaikan pula yg berlipat-lipat ganda. Amin!
Rabu, 31 Desember 2014
Tempat Wisata Budaya dan Pembentukan Karakter
Kami mempunyai pakarangan ulin sebagai wahana pendidikan karakter dan akhlak budaya, khususnya untuk pendidikan anak sejak dini dengan konsep bermain sehingga lebih dekat dengan kehidupan anak-anak. Ini merupakan salah satu cara dalam pendekatan psikologis anak. Konsep bermain yang kami suguhkan adalah mengemas permainan tradisional rakyat, sekaligus memperkenalkan kembali budaya tradisional kita yang hampir ditinggalkan masyarakatnya. Selain itu, ini nerupakan suatu bentuk pelestarian atau konservasi bagi seni budaya tradisional. Menurut peneletian dan pengkajian para ahli di bidang permainan rakyat tradisional, mainan dan permainan yang dimiliki nusantara sekitar 800 lebih jenis mainan dan permainan tradisional nusantara. Jawa Barat saja memiliki sekitar 250-an lebih jenis mainan dan permainan tradisional.
Nah di pakarangan ulin Wahana Satia Sunda bisa dijumpai sekaligus praktek langsung mengenai mainan dan permainan tersebut, selain itu juga kami punya wahana seni pertunjukan juga yang mana sama muatannya dalam hal pembentukan karakter, yakni ada seni teater, tari, musik karawitan, dan rupa. Seni teater di pakarangan ulin WSS menanamkan muatan edukasi si anak untuk berani tampil dan berbicara di muka umum, daya hafal, daya pikir dan eksplorasi gerak. Sebenarnya pada wahana teater ini sudah mencakup beberapa aspek seni yang terkandung di dalamnya; vokal, gerak, dan akting sangat besar muatannya. Selanjutnya wahana musik karawitan untuk anak diberikan tahapan mengenal dan belajar seni degung, karakter degung memberikan kelembutan pada si pelakunya, bagaimana si anak dibawa kearah karakter, tatakrama dan sopan santun. Adapun wahana rupa, yakni mengeksplorasi dan mengasah kreatifitas anak pada wilayah membuat mainan, melukis layangan, dsb. Mungkin banyak tempat seperti yang kami suguhkan di tempat-tempat tertentu yang lebih dulu mengemas dan telah lama berkembang, namun yang kami kemas tentulah sangat berbeda. Kebanyakan tempat lain hanya mengemas pada wilayah mainan dan permainan saja, tapi kami mencoba memberikan muatan lebih pada seni dan juga lingkungannya, terutama seni pertunjukan tradisional. Anak-anak (masyarakat) tidak hanya diperkenalkan pada wilayah mainan dan permainan tradisional saja, akan tetapi membuka ruang pada elemen-elemen lainnya (kesenian, sosial, dan alam). Selain itu juga keberadaan tempat kami berada di area sisi sawah dan kebun, serta ditengah-tengah dusun/kampung sehingga akan menambah suasana artistik dan impresi natural ethnic Sunda.
Nah di pakarangan ulin Wahana Satia Sunda bisa dijumpai sekaligus praktek langsung mengenai mainan dan permainan tersebut, selain itu juga kami punya wahana seni pertunjukan juga yang mana sama muatannya dalam hal pembentukan karakter, yakni ada seni teater, tari, musik karawitan, dan rupa. Seni teater di pakarangan ulin WSS menanamkan muatan edukasi si anak untuk berani tampil dan berbicara di muka umum, daya hafal, daya pikir dan eksplorasi gerak. Sebenarnya pada wahana teater ini sudah mencakup beberapa aspek seni yang terkandung di dalamnya; vokal, gerak, dan akting sangat besar muatannya. Selanjutnya wahana musik karawitan untuk anak diberikan tahapan mengenal dan belajar seni degung, karakter degung memberikan kelembutan pada si pelakunya, bagaimana si anak dibawa kearah karakter, tatakrama dan sopan santun. Adapun wahana rupa, yakni mengeksplorasi dan mengasah kreatifitas anak pada wilayah membuat mainan, melukis layangan, dsb. Mungkin banyak tempat seperti yang kami suguhkan di tempat-tempat tertentu yang lebih dulu mengemas dan telah lama berkembang, namun yang kami kemas tentulah sangat berbeda. Kebanyakan tempat lain hanya mengemas pada wilayah mainan dan permainan saja, tapi kami mencoba memberikan muatan lebih pada seni dan juga lingkungannya, terutama seni pertunjukan tradisional. Anak-anak (masyarakat) tidak hanya diperkenalkan pada wilayah mainan dan permainan tradisional saja, akan tetapi membuka ruang pada elemen-elemen lainnya (kesenian, sosial, dan alam). Selain itu juga keberadaan tempat kami berada di area sisi sawah dan kebun, serta ditengah-tengah dusun/kampung sehingga akan menambah suasana artistik dan impresi natural ethnic Sunda.
Selasa, 30 Desember 2014
Seni Budaya Sumber Kehidupan
Berbicara tentang seni dan budaya keduanya erat tak dapat dipisahkan. Didalam budaya ada nilai-nilai seni dan kesenian, begitupun dalam seni terdapat budaya-budaya tertentu. Seni budaya
merupakan warisan, kebanggaan, kekuatan, identitas, hiburan dan merupakan sumber penghidupan. Seni budaya yang mana?bagaimana? dan seperti apa?.menurut saya pribadi adalah seni budaya tradisional (ethnic) yang justru sekarang perlu kita perkenalkan dan kita tanamkan pada anak-anak sejak dini. Berawal dari bahasa, perilaku, lingkungan hingga akhlak yang berbudaya. Anak adalah generasi penerus yang akan beranjak dewasa dan matang. Dalam menuju kematangan tersebut kita bekali akhlak budaya ethnic yang hidup di lingkungannya, hingga pada saat kematangannya telah membawa karakter budaya aslinya, adapun faktor lingkungan lain yang nantinya berpengaruh besar (budaya barat) namun ia akan menghadirkan proteksi terhadap budaya tersebut. Jadi intinya perlu ada penguatan terlebih dahulu pada tatanan ethnic-nya sejak dini.
Mari kita bersama-sama menata seni budaya tradisional kita sebagai perwujudan pembentukan karakter dan sumber penghidupan.
Wawan Aldo Supriatna
merupakan warisan, kebanggaan, kekuatan, identitas, hiburan dan merupakan sumber penghidupan. Seni budaya yang mana?bagaimana? dan seperti apa?.menurut saya pribadi adalah seni budaya tradisional (ethnic) yang justru sekarang perlu kita perkenalkan dan kita tanamkan pada anak-anak sejak dini. Berawal dari bahasa, perilaku, lingkungan hingga akhlak yang berbudaya. Anak adalah generasi penerus yang akan beranjak dewasa dan matang. Dalam menuju kematangan tersebut kita bekali akhlak budaya ethnic yang hidup di lingkungannya, hingga pada saat kematangannya telah membawa karakter budaya aslinya, adapun faktor lingkungan lain yang nantinya berpengaruh besar (budaya barat) namun ia akan menghadirkan proteksi terhadap budaya tersebut. Jadi intinya perlu ada penguatan terlebih dahulu pada tatanan ethnic-nya sejak dini.
Mari kita bersama-sama menata seni budaya tradisional kita sebagai perwujudan pembentukan karakter dan sumber penghidupan.
Wawan Aldo Supriatna
Langganan:
Postingan (Atom)