Pusat Konservasi Seni Budaya Tradisional Sunda dengan memiliki Pakarangan Ulin WSS sebagai sarana eksplorasi seni budaya. berkedudukan di wilayah dusun Cikubang Desa Citali Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang - Jawa Barat
Sabtu, 28 Februari 2015
Menuju WLR 2015
Workshop Longser Remaja yang akan digelar pada hari Minggu 15 Maret 2015 akan menghadirkan para peserta pelajar SMP, SMU/SMK Sederajat, dan Mahasiswa. Selain itu juga WSS akan menghadirkan pertunjukan Longser Kolaborasi kelompok Longser dari Bandung seperti kelompok Longser Bandoengmooi, Toneel Bandung, dan Longser WSS sendiri dengan para pemain komedian bandung seperti Mr.Jun, Mang Kodrat, Wawan Aldo, Ceu Popon dan lain-lain.
Rabu, 18 Februari 2015
Reaitas Seni Pertunjukan Rakyat
Seni pertunjukan rakyat di tatar sunda sama halnya dengan di daerah lainnya, selain sebagai media hiburan dan ceremonial pada dasarnya saat ini di jaman modern seni pertunjukan rakyat dipergunakan sebagai media penyampaian pesan dan informasi publik. Seperti halnya yang dilakukan secara reguler oleh dinas komunikasi dan informatika (DISKOMINFO) Jawa Barat, BPA3PKKB Jawa Barat dalam setiap sosialisasi kepada masyarakat selalu menggunakan seni pertunjukan rakyat. Wayang golek, Longser, Bobodoran/Lawakan sunda pun dipergunajan sebagai media penyampaian informasi kepada masyarakat, selain lebih efektif cara ini juga bisa lebih dipahami dan kedekatan tengah dirasakan oleh publik serta tidak akan nampak kesan menggurui kepada masyarakat karena informasi pesan dikemas dengan media hiburan.
Rabu, 11 Februari 2015
Komunitas kreatif
Sebagai pusat konservasi seni budaya, WSS (Wahana Satia Sunda) memberikan ruang untuk para kreator seni dalam setiap eksplorasi dan eksperimen sebagai kebaruan bentuk seni yang dikemas bagi publik penikmat seni.
Creatif Education yang dibentuk oleh setiap komunitas kreatif memberikan rangsangan baru bagi para seniman (kreator) untuk lebih mengembangkan kembali ide dan gagasan yang semakin liar dan tak terbatas. Ruang imaji yang semakin meluas menghadirkan nilai kekaryaan yg eksperimental. Pembaharuan seni lewat ide gila menembus dinding realitas semakin banyak diungkapkan via seni pertunjukan dan pameran, ini suatu bukti bahwa perkembangan seni di dunia telah membawa kecerdasan publik.
Creatif Education yang dibentuk oleh setiap komunitas kreatif memberikan rangsangan baru bagi para seniman (kreator) untuk lebih mengembangkan kembali ide dan gagasan yang semakin liar dan tak terbatas. Ruang imaji yang semakin meluas menghadirkan nilai kekaryaan yg eksperimental. Pembaharuan seni lewat ide gila menembus dinding realitas semakin banyak diungkapkan via seni pertunjukan dan pameran, ini suatu bukti bahwa perkembangan seni di dunia telah membawa kecerdasan publik.
Jumat, 06 Februari 2015
Menuju Workshop Longser Remaja (WLR) 2015
Pada tanggal 15 Maret 2015 nanti, Pusat Konservasi Seni Budaya WAHANA SATIA SUNDA (WSS) akan menggelar WLR 2015 dengan para peserta pelajar SMP, SMA/SMK Sederajat dan Mahasiswa yang khususnya berada di wilayah Kabupaten Sumedang. Rencananya WSS akan menghadirkan beberapa pemateri atau narasumber yang ahli di bidang seni Longser yang sampai saat ini masih aktif bermain longser seperti Hermana HMT dari kelompok Longser Bandoengmooi, Giri Mustika dari kelompok Toneel Bandung, dan Yusef Muldiyana dari Laskar Panggung Bandung. Rencananya ketiga narasumber ini akan WSS kemas sebagai pemateri langsung yang akan memberikan berbagai cara dan pemahaman tentang bagaimana membuat ide cerita untuk longser, praktek pengcastingan peran, praktek berlatih hingga pementasannya dengan waktu yang singkat. Disini para peserta akan dibekali ilmu improvisasi sehingga dengan waktu yang singkat mereka dituntut untuk menggali kecerdasan emosi dan pikiran yang merujuk pada pengetahuan antar peserta menuju tematik yang mereka bangun sendiri. Kiranya akan terlihat seru dan sistem sharing education antara narasumber dan peserta akan menjadi rangkaian silaturahmi yang erat.
Olah tubuh di WSS
Olah tubuh sebelum proses latian tari dilakukan Anak-anak Wahana Satia Sunda setiap rabu dan sabtu pukul 14.00 WIB s/d 17.00 WIB. Bagi anda yang ingin bergabung bisa langsung datang aja ke pakarangan ulin WSS.
Senin, 02 Februari 2015
Pakarangan Ulin Wahana Satia Sunda
Pakarangan Ulin Wahana Satia Sunda (WSS) hadir untuk edukasi masyarakat. Pendidikan karakter anak, pengetahuan dan wawasan masyarakat yang perlu dikembangkan dengan metode sharing akan lebih terasa dan lebih diterima oleh masyarakat ketimbang dengan metode seperti di sekolah formal yang terkesan menggurui dan terkesan bersifat intimidasi.
Pakarangan ulin WSS memberikan wahana mainan dan permainan tradisional, seni pertunjukan tradisional, dan sebagainya yang bernilai dan bernuansa tradisional.
Siapa saja yang ingin bergabung atau hanya sekedar berkunjung silahkan bisa langsung datang ke Pakarangan Ulin WSS di Dusun Cikubang RT 01/05 Desa Citali Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.
Pakarangan ulin WSS memberikan wahana mainan dan permainan tradisional, seni pertunjukan tradisional, dan sebagainya yang bernilai dan bernuansa tradisional.
Siapa saja yang ingin bergabung atau hanya sekedar berkunjung silahkan bisa langsung datang ke Pakarangan Ulin WSS di Dusun Cikubang RT 01/05 Desa Citali Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.
Revitalisasi Budaya Pesawahan Di Dusun Cikubang
Kekuatan akan nilai budaya tradisional bisa kita rasakan disaat melihat artistik suatu hempasan pesawahan, disitu tak luput dari imajinasi kita yang menciptakan proses menanam menggarap sawah dengan karapan sapi (magawe) lalu menanam padi (tandur), budaya tradisional seakan nampak dan terasa ditambah dengan alunan suara (beluk) si petani yang sedang menggarap sawah.
di tahun 1990 saat penulis berusia 7 tahun masih menempel imaji tersebut ketika setiap mendengar beluk (alunan nyanyian si petani saat menggarap sawah dengan sapi) saya selalu serentak melihat dan menghampiri untuk ikut naik karapan sapi. sampai tahun 1998 pemandangan dan pengalaman tersebut masih bisa saya nikmati, tapi Kini tak lagi bisa disaksikan karena sawahnya pun telah berganti ladang diakibatkan rusaknya irigasi ke pesawahan kami.
ingin rasanya mengembalikan suasana dan budaya pesawahan ditempat kami, dengan langkah pertama memperbaiki saluran irigasi terlebih dahulu, memberikan sosialisasi kepada kelompok tani tentang berbagai manfaat dan hasil dari budaya sawah, serta mencari stimulan dari pemerintah atau dinas terkait untuk membantu program revitalisasi budaya pesawahan. Hal ini akan menjadi satu reinkarnasi budaya di dusun kami yang akan berkembang pada tatanan kesenian didalamnya, di dusun kami dulu setiap panen padi sebagai tanda syukur kepada sang pencipta selalu diadakan ceremonial lewat media seni Tarawangsa, rengkong, beluk, dsb. Mungkin nenek moyang terdahulu (sebelum masuk ajaran Islam) acara tersebut adalah sebagai bukti terimakasih kepada Dewi Sri (Dewi Padi), setelah Masuk Islam budaya tersebut berangsur diluruskan sebagai bukti tafakur terhadap hasil alam yang dianugrahkan oleh Alloh SWT. Seni budaya dan agama pun jika disinkronkan dengan pandangan positif tidak akan mengundang perpecahan. Adanya kontribusi antara tokoh agama dan tokoh seni maka akan melahirkan satu budaya yang harmonis, toh berkembangnya Islam sendiri di daerah kita kebanyakan melalui seni pertunjukan wayang golek. Di daerah kami sebaliknya, kehadiran Islam malah mematikan seni budaya, diakibatkan pro kontra seni dan agama, disini melibatkan Ego dan fanatik yang tidak diimbangi ilmu pengetahuan dan wawasan. Tokoh agama tidak mau mencerna ilmu seni, sebaliknya tokoh seni tidak mendalami ilmu agama maka akibatnya bisa menimbulkan hal yg fatal bagi perkembangan keduanya.
Kini banyak lahir seniman akademik dan tokoh agama yang akademik pula, hendaknya bisa menyikapi arti dari perkembangan seni budaya untuk pembentukan karakter masyarakat. Bagaimana kita mengembalikan berbagai nilai tradisional dengan pandangan yang lebih dewasa. Terlebih budaya pesawahan yang mesti kita kembalikan atas dasar manfaat publik.
mengembalikan budaya pesawahan di dusun kami belum terlambat, saluran irigasi masih ada hanya tinggal bagaimana cara memperbaikinya, lahan untuk pesawahan yang kini jadi ladang bisa kita kembalikan fungsinya menjadi sawah kembali. Tapi dalam penggarapannya kita kemas seperti dahulu dengan memakai bantuan hewan (sapi, kerbau) bukan mesin traktor. Kenapa? Bukan masalah "ketradisionalan" secara visual saja, akan tetapi secara "rasa" dan "manfaat" nya pun tentu berbeda.
Mari kibarkan kembali orang-orangan sawah (bebegig) di tanah kita, mari kita sebarkan benih-benih padi di tanah kita, mari kita lantunkan kembali nyanyian anak-anak kampung, mari kita petik kembali dawai kecapi, mari kita tiup kembali suling bambu dan terompet-terompetan dari jerami, niscaya kita akan merasakan kedamaian yang sesungguhnya. Sebuah REINKARNASI BUDAYA.
di tahun 1990 saat penulis berusia 7 tahun masih menempel imaji tersebut ketika setiap mendengar beluk (alunan nyanyian si petani saat menggarap sawah dengan sapi) saya selalu serentak melihat dan menghampiri untuk ikut naik karapan sapi. sampai tahun 1998 pemandangan dan pengalaman tersebut masih bisa saya nikmati, tapi Kini tak lagi bisa disaksikan karena sawahnya pun telah berganti ladang diakibatkan rusaknya irigasi ke pesawahan kami.
ingin rasanya mengembalikan suasana dan budaya pesawahan ditempat kami, dengan langkah pertama memperbaiki saluran irigasi terlebih dahulu, memberikan sosialisasi kepada kelompok tani tentang berbagai manfaat dan hasil dari budaya sawah, serta mencari stimulan dari pemerintah atau dinas terkait untuk membantu program revitalisasi budaya pesawahan. Hal ini akan menjadi satu reinkarnasi budaya di dusun kami yang akan berkembang pada tatanan kesenian didalamnya, di dusun kami dulu setiap panen padi sebagai tanda syukur kepada sang pencipta selalu diadakan ceremonial lewat media seni Tarawangsa, rengkong, beluk, dsb. Mungkin nenek moyang terdahulu (sebelum masuk ajaran Islam) acara tersebut adalah sebagai bukti terimakasih kepada Dewi Sri (Dewi Padi), setelah Masuk Islam budaya tersebut berangsur diluruskan sebagai bukti tafakur terhadap hasil alam yang dianugrahkan oleh Alloh SWT. Seni budaya dan agama pun jika disinkronkan dengan pandangan positif tidak akan mengundang perpecahan. Adanya kontribusi antara tokoh agama dan tokoh seni maka akan melahirkan satu budaya yang harmonis, toh berkembangnya Islam sendiri di daerah kita kebanyakan melalui seni pertunjukan wayang golek. Di daerah kami sebaliknya, kehadiran Islam malah mematikan seni budaya, diakibatkan pro kontra seni dan agama, disini melibatkan Ego dan fanatik yang tidak diimbangi ilmu pengetahuan dan wawasan. Tokoh agama tidak mau mencerna ilmu seni, sebaliknya tokoh seni tidak mendalami ilmu agama maka akibatnya bisa menimbulkan hal yg fatal bagi perkembangan keduanya.
Kini banyak lahir seniman akademik dan tokoh agama yang akademik pula, hendaknya bisa menyikapi arti dari perkembangan seni budaya untuk pembentukan karakter masyarakat. Bagaimana kita mengembalikan berbagai nilai tradisional dengan pandangan yang lebih dewasa. Terlebih budaya pesawahan yang mesti kita kembalikan atas dasar manfaat publik.
mengembalikan budaya pesawahan di dusun kami belum terlambat, saluran irigasi masih ada hanya tinggal bagaimana cara memperbaikinya, lahan untuk pesawahan yang kini jadi ladang bisa kita kembalikan fungsinya menjadi sawah kembali. Tapi dalam penggarapannya kita kemas seperti dahulu dengan memakai bantuan hewan (sapi, kerbau) bukan mesin traktor. Kenapa? Bukan masalah "ketradisionalan" secara visual saja, akan tetapi secara "rasa" dan "manfaat" nya pun tentu berbeda.
Mari kibarkan kembali orang-orangan sawah (bebegig) di tanah kita, mari kita sebarkan benih-benih padi di tanah kita, mari kita lantunkan kembali nyanyian anak-anak kampung, mari kita petik kembali dawai kecapi, mari kita tiup kembali suling bambu dan terompet-terompetan dari jerami, niscaya kita akan merasakan kedamaian yang sesungguhnya. Sebuah REINKARNASI BUDAYA.
Workshop Longser Remaja Akan Digelar
Workshop longser remaja (WLR) 2015 akan digelar pada tanggal 15 Maret 2015 dari pukul 09.00 Wib s/d Selesai bertempat di Pakarangan Ulin WSS dengan para peserta Workshop Siswa/i SMP, SMA/SMK Sederajat, dan Mahasiswa se-kabupaten Sumedang. Untuk yang akan mendaftar jadi peserta silahkan daftar segera ke nomor kontak (081312159442 - 08886003969). PESERTA TERBATAS. PENDAFTARAN PESERTA DITUTUP SAMPAI TANGGAL 10 MARET 2015. Terima kasih
Langganan:
Postingan (Atom)