Longser Bocah Wahana Satia Sunda (WSS) akan mengikuti Festival Longser Ke-5 tingkat pelajar se-Jawa Barat dan Banten. Event ini merupakan program reguler komunitas toneel Bandung setiap 2 tuhun sekali. Pada kesempatan Festival Longser kali ini WSS merupakan yang pertama kalinya ikut menjadi peserta. WSS akan tampil menjadi penyaji ke-3 yakni, pada hari Jumat, 13 November 2015 Pukul 12.30 WIB, dengan judul lakon : "Adipati Karna Tanding" berdasarkan kitab mahabharata karya Vyasa yang digarap oleh sang sutradara; Wawan Aldo Supriatna kedalam pertunjukan Longser, dimana cerita disajikan secara jenaka dan kekinian dengan tetap tanpa menghilangkan esensi dan keutuhan dari Cerita Adipati Karna Tanding yang sesungguhnya. Sang sutradara berharap dalam event Festival Longser ke-5 Toneel Bandung ini, para dewan juri betul-betul memberikan penilaian terhadap aspek keutuhan cerita pada umumnya,dikarenakan tema event ini mengambil pewayangan, jangan sampai cerita pewayangan terlalu jauh melenceng dari keutuhan cerita yang sesungguhnya. Walau pun longser mencari efek jenaka dan komedi, namun harus tetap menjaga keutuhan karya besar seseorang.
Pusat Konservasi Seni Budaya Tradisional Sunda dengan memiliki Pakarangan Ulin WSS sebagai sarana eksplorasi seni budaya. berkedudukan di wilayah dusun Cikubang Desa Citali Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang - Jawa Barat
Minggu, 25 Oktober 2015
Longser Bocah WSS Ikut Festival Longser 2015
Longser Bocah Wahana Satia Sunda (WSS) akan mengikuti Festival Longser Ke-5 tingkat pelajar se-Jawa Barat dan Banten. Event ini merupakan program reguler komunitas toneel Bandung setiap 2 tuhun sekali. Pada kesempatan Festival Longser kali ini WSS merupakan yang pertama kalinya ikut menjadi peserta. WSS akan tampil menjadi penyaji ke-3 yakni, pada hari Jumat, 13 November 2015 Pukul 12.30 WIB, dengan judul lakon : "Adipati Karna Tanding" berdasarkan kitab mahabharata karya Vyasa yang digarap oleh sang sutradara; Wawan Aldo Supriatna kedalam pertunjukan Longser, dimana cerita disajikan secara jenaka dan kekinian dengan tetap tanpa menghilangkan esensi dan keutuhan dari Cerita Adipati Karna Tanding yang sesungguhnya. Sang sutradara berharap dalam event Festival Longser ke-5 Toneel Bandung ini, para dewan juri betul-betul memberikan penilaian terhadap aspek keutuhan cerita pada umumnya,dikarenakan tema event ini mengambil pewayangan, jangan sampai cerita pewayangan terlalu jauh melenceng dari keutuhan cerita yang sesungguhnya. Walau pun longser mencari efek jenaka dan komedi, namun harus tetap menjaga keutuhan karya besar seseorang.
Rabu, 14 Oktober 2015
Profile Pendiri Wahana Satia Sunda (WSS) Sumedang
Wawan Aldo Supriatna atau kalo dirumahnya akrab disapa kang to'ink ini adalah orang yang pertama kali mempunyai ide gagasan untuk mendirikan sebuah Pusat Konservasi Seni Budaya WAHANA SATIA SUNDA.
Awal Sejarah Wahana Satia Sunda :
Wawan Aldo Supriatna Didukung dua temannya, yakni Kang Adiana Supian dan Mang Wan akhirnya mereka sepakat untuk meresmikan WSS ini dihadapan para tokoh masyarakat dusun Cikubang, tepat diakhir bulan november 2014 kang wawan aldo, mang wan dan kang Adi berinisiatif membuat sebuah pendopo kecil (Saung WSS) dan sebuah pakarangan (Pakarangan Ulin WSS) diatas tanah milik keluarga kang Wawan Aldo. Proyek pembuatan sebuah wahana tersebut berhasil selesai secara singkat, deadline tepat diselesaikan pada tanggal 4 Desember 2014 yang disusul tanggal 7 Desember 2014 dengan peresmian dan syukuran (Launching) Wahana Satia Sunda. Maka dari itu tanggal 7 Desember dijadikan sebagai hari jadi Wahana Satia Sunda diliri
Wawan Aldo Supriatna lahir di dusun Cikubang desa Citali kec.Pamulihan -Tanjungsari kab.Sumedang pada tanggal 19 September 1983. Lahir dari pasangan bapak Cahya Muhidin dan Ibu Entin Juartini sebagai anak ke-3 dari 5 saudara . memang sejak kecil kang Wawan sudah dekat dengan seni budaya tradisional, uyutnya yang merupakan tokoh musik Tarawangsa dan neneknya yang merupakan tokoh pemain Sandiwara itu tumbuh secara perlahan mengalir dalam perjalanan hidup kang wawan. Darah seni yang kuat dari leluhurnya memperkokoh jati dirinya dalam menyandang nama Seniman dan Budayawan, walau umurnya masih muda, namun kedewasaannya dalam berkarya tak diragukan lagi. Pada tahun 2003 ia masuk Jurusan Teater STSI Bandung (sekarang; ISBI) dan berhasil menyandang gelar sarjana seni minat studi keaktoran pada tahun 2008. Keaktivannya di komunitas-komunitas di Bandung cukup membawa harum almamaternya. Mulai membentuk Teater Titik Terang tahun 2003 bersama 1 angkatannya di Jurusan Teater, 2004 mulai dilirik oleh Teater Cassanova Bandung, dikarenakan bakat Komedi muncul maka oleh Cassanova (Irwan Jamal dan Oki Sandi) kang wawan disarankan supaya bergabung ke Kelompok Longser Pancakaki, namun sebelumnya masuk dulu kelompok Toneel bandung dibawah asuhan Giri Mustika, lalu setelah itu baru ditarik oleh Kelompok Longser 282 Bandung,setelah 1 tahun di kelompok longser 282 bandung barulah ditarik oleh kelompok Longser Pancakaki dibawah asuhan Hermana HMT, Rano Sumarno dan Agus Injuk.
Dalam perjalanan karirnya di seni pertunjukan telah ikut membawa harum nama kelompok yang diikutinya, terlebih dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Barat dari tahun 2008 hingga 2013 menjadi juara di tingkat nasional dalam Pekan Informasi Nasional tak terlepas dari nama Wawan Aldo Supriatna, sebagai penulis naskah, sutradara dan juga ikut sebagai pemainnya (aktor), sungguh tak gampang 3 tugas sekaligus diborongnya dalam garapan-garapan teater rakyat tradisional tingkat nasional.
Dilayar televisi pun wawan aldo banyak berkiprah membawa spirit seni longser, TVRI Jawa Barat salah satu contohnya banyak memanggil wawan untuk sebuah produksi program Longser Plus TVRI Jabar, program Doger Coblak (2007-2010) di PJ TV Bandung, Lolongseran (2012-2013) di IMTV Bandung, Beranda PJ TV (2012-2014), Festival OLI RCTI (2012), CAUR (2013-2015) di IChannel Bandung dan masih banyak lagi menjadi bintang tamu di stasiun televisi lainnya.
Kini Wawan aldo Supriatna tinggal ditempat kelahirannya bersama anak dan istrinya mengelola Pusat Konservasi Seni Budaya Wahana Satia Sunda yang mana banyak merekrut warga setempat dan masyarakat umum lainnya diluar Sumedang yang ikut bergabung di WSS.
Wahana Satia Sunda Gelar Pawai Obor
WSS gelar pawai obor keliling batas dusun Cikubang RW 05 Desa Citali-Pamulihan-Sumedang sebagai bentuk rasa syukur kepada Alloh SWT dalam menyambut tahun baru Islam 1 Muharam 1437 Hijriah. Berbagai alat musik tradisional khas WSS mengiringi perjalanan pawai obor yang kurang lebih menghabiskan waktu perjalanan 3 jam tersebut disambut meriah oleh seluruh warga desa Citali, khususnya warga Dusun Cikubang. Kami sangat bangga bisa merayakan "ngantun taun mapag taun" baru islam. Semoga ditahun ini seluruh umat manusia bisa lebih menghargai adat, tradisi, seni, budaya, agama warisan leluhur.
Senin, 12 Oktober 2015
Wahana Satia Sunda angkat Kandaga Lante
WSS angkat Kisah perjalanan 4 Kandaga Lante yang merupakan para patih kerajaan Padjajaran yang diutus oleh Sribaduga Maharaja (Prabu Siliwangi) untuk menyerahkan mahkota binokasih dan seluruh pakaian kerajaan kepada kerajaan Sumedang Larang, serta sebuah pesan agar Sumedang Larang menjadi penerus kekuasaan kerajaan Padjajaran dikarenakan padjajaran sedang mengalami desakan akibat serangan pasukan gabungan banten, cirebon, dan demak. Prabu Geusan Ulun alias Pangeran Angkawijaya menerima kedatangan 4 kandaga lante ini dengan baik hingga 4 kandaga lante tersebut mengabdi kepada kerajaan Sumedang Lante.
Dramatis perjalanan 4 kandaga lante dimunculkan oleh sang sutradara Wawan Aldo Supriatna yang sekaligus sebagai penulis naskahnya. Memang cerita ini belum ada yang mengangkat lewat naskah drama, apalagi pertunjukan dramanya, padahal 4 kandaga lante ini merupakan titik awal kejayaan Sumedang Larang. Eyang Jaya Perkasa/Sanghyang Hawu, Eyang Terong Peot, Eyang Kondang Hapa, dan Eyang Nangganan adalah para tokoh yang membawa kejayaan Sumedang Larang dimasa pemerintahan Prabu Geusan Ulun.
Penulis naskah/Sutradara merasa tertantang untuk terus menggarap Kandaga Lante ini lewat teater, selain ketertarikannya kepada para tokoh kandaga lante, maksud untuk terus mempopulerkan sejarah ini pun muncul untuk memperkuat kebenaran sejarah mahkota binokasih yang diwariskan Padjajaran kepada Sumedang Larang. Kini muncul kepermukaan media mengenai opini kabupaten Ciamis yang menggugat dan meminta mahkota binokasih, bahkan dikabarkan menyiapkan tim khusus bentukan DPRD Ciamis. Untuk itu Wahana Satia Sunda mencoba memberikan informasi yang sesungguhnya kepada publik lewat pertunjukan teater. Naskahnya sendiri dibuat Wawan Aldo Supriatna berdasarkan sejarah kabupaten Sumedang serta berdasarkan keterangan para tokoh budaya, tokoh seni, tokoh pemerintahan, tokoh masyarakat dan bantuan media internet sebagai narasumber dalam pembuatan naskah drama Kandaga Lante ini. Alhasil penulis mendapatkan keterangan yang sama dari berbagai sumber tersebut, sehingga Wawan Aldo Supriatna tak ragu lagi untuk mengangkat kisah ini keatas panggung dengan goresan dramatis perjalanan 4 kandaga lante.
Garapan ini akan WSS suguhkan sebagai materi Pasanggiri Teater Daerah Jawa Barat yang akan digelar tanggal 22 oktober mendatang di gedung Sabilulungan Soreang Kab.Bandung. WSS akan menjadi perwakilan dari Kabupaten Sumedang dalam perhelatan pasanggiri teater daerah jawa barat tersebut. Semoga ini memberikan nilai estetik baru bagi dunia teater indonesia, khususnya teater rakyat tradisional Jawa Barat.
Dramatis perjalanan 4 kandaga lante dimunculkan oleh sang sutradara Wawan Aldo Supriatna yang sekaligus sebagai penulis naskahnya. Memang cerita ini belum ada yang mengangkat lewat naskah drama, apalagi pertunjukan dramanya, padahal 4 kandaga lante ini merupakan titik awal kejayaan Sumedang Larang. Eyang Jaya Perkasa/Sanghyang Hawu, Eyang Terong Peot, Eyang Kondang Hapa, dan Eyang Nangganan adalah para tokoh yang membawa kejayaan Sumedang Larang dimasa pemerintahan Prabu Geusan Ulun.
Penulis naskah/Sutradara merasa tertantang untuk terus menggarap Kandaga Lante ini lewat teater, selain ketertarikannya kepada para tokoh kandaga lante, maksud untuk terus mempopulerkan sejarah ini pun muncul untuk memperkuat kebenaran sejarah mahkota binokasih yang diwariskan Padjajaran kepada Sumedang Larang. Kini muncul kepermukaan media mengenai opini kabupaten Ciamis yang menggugat dan meminta mahkota binokasih, bahkan dikabarkan menyiapkan tim khusus bentukan DPRD Ciamis. Untuk itu Wahana Satia Sunda mencoba memberikan informasi yang sesungguhnya kepada publik lewat pertunjukan teater. Naskahnya sendiri dibuat Wawan Aldo Supriatna berdasarkan sejarah kabupaten Sumedang serta berdasarkan keterangan para tokoh budaya, tokoh seni, tokoh pemerintahan, tokoh masyarakat dan bantuan media internet sebagai narasumber dalam pembuatan naskah drama Kandaga Lante ini. Alhasil penulis mendapatkan keterangan yang sama dari berbagai sumber tersebut, sehingga Wawan Aldo Supriatna tak ragu lagi untuk mengangkat kisah ini keatas panggung dengan goresan dramatis perjalanan 4 kandaga lante.
Garapan ini akan WSS suguhkan sebagai materi Pasanggiri Teater Daerah Jawa Barat yang akan digelar tanggal 22 oktober mendatang di gedung Sabilulungan Soreang Kab.Bandung. WSS akan menjadi perwakilan dari Kabupaten Sumedang dalam perhelatan pasanggiri teater daerah jawa barat tersebut. Semoga ini memberikan nilai estetik baru bagi dunia teater indonesia, khususnya teater rakyat tradisional Jawa Barat.
Sabtu, 10 Oktober 2015
Kembali Memberikan Apresiasi Seni Kepada Warga Sumedang
Pusat Konservasi Seni Budaya WAHANA SATIA SUNDA atau biasa akrab disebut WSS kembali akan memberikan beberapa suguhan apresiasi seni di Gedung Kesenian Sumedang jl.komplek pacuan kuda Sumedang.
Kali ini WSS akan memberikan apresiasi seni, diantaranya; lagu-lagu sunda oleh WSS Woman Voice, Reak Inovatif dan pertunjukan Teater Rakyat. Acara ini akan dilaksanakan pada hari Minggu, 11 Oktober 2015 dari pukul 8 pagi hingga selesai.
WWS berharap warga sumedang bisa menjadi apresiator yang baik, dan juga bagi pihak penyelenggara ; Disparpora Sumedang bisa meningkatkan promosi dan publikasi yang maksimal, sehingga acara Aktivasi Gedung Kesenian ini bisa diapresiasi dan dinikmati oleh khalayak warga sumedang pada khususnya, sehingga akan menjadi berkesinambungan antara penyelenggara, pelaku seni dan para penikmat seni itu sendiri.
Selain sebagai sarana hiburan masyarakat, WSS juga berharap bahwa acara ini menjadikan sebuah wadah untuk mempertahankan, mengembangkan dan memperkaya seni di kota sumedang. Dengan seringnya acara pagelaran seni reguler seperti ini, otomatis akan memberikan penawaran terhadap perkembangan pariwisata di kota sumedang. Maka dari itu sumedang harus semakin melek dalam mempertahankan slogan Sumedang Puseur Budaya Sunda atau SPBS.
Wawan Aldo Supriatna.
Kali ini WSS akan memberikan apresiasi seni, diantaranya; lagu-lagu sunda oleh WSS Woman Voice, Reak Inovatif dan pertunjukan Teater Rakyat. Acara ini akan dilaksanakan pada hari Minggu, 11 Oktober 2015 dari pukul 8 pagi hingga selesai.
WWS berharap warga sumedang bisa menjadi apresiator yang baik, dan juga bagi pihak penyelenggara ; Disparpora Sumedang bisa meningkatkan promosi dan publikasi yang maksimal, sehingga acara Aktivasi Gedung Kesenian ini bisa diapresiasi dan dinikmati oleh khalayak warga sumedang pada khususnya, sehingga akan menjadi berkesinambungan antara penyelenggara, pelaku seni dan para penikmat seni itu sendiri.
Selain sebagai sarana hiburan masyarakat, WSS juga berharap bahwa acara ini menjadikan sebuah wadah untuk mempertahankan, mengembangkan dan memperkaya seni di kota sumedang. Dengan seringnya acara pagelaran seni reguler seperti ini, otomatis akan memberikan penawaran terhadap perkembangan pariwisata di kota sumedang. Maka dari itu sumedang harus semakin melek dalam mempertahankan slogan Sumedang Puseur Budaya Sunda atau SPBS.
Wawan Aldo Supriatna.