Selasa, 11 November 2014

Wahana Satya Sunda sebagai komunitas yg bergerak pada konservasi seni dan budaya tradisional pada umumnya. Pelestarian akan seni dan budaya tradisional sangatlah penting untuk mengimbangi modernisme bahkan kapitalisme yang semakin menyeret kita pada tatanan hidup serba instan, mewah dan kebarat-baratan, sementara budaya ketimuran kita tertimbun dalam. bukan bermaksud melawan modernitas tapi ini sebagai bentuk pertahanan budaya lokal yang kita yakini sebagai nilai-nilai warisan leluhur (tradisional). kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus menggali potensi budaya lokal dan tradisional kita untuk kita jadikan sebagai aset budaya dan pariwisata yang memiliki nilai-nilai estetika.

Wahana Satya Sunda merupakan suatu wadah untuk masyarakat (anak-anak s/d orangtua) untuk menumbuhkan ide-ide kreatifitas yang bertumpu pada akar budaya sunda. Seni sebagai edukasi dan pembentukan karakter adalah suatu tujuan kami disamping melestarikan seni dan budaya. Bagaimana melihat tiap personal yang memiliki bakat dan kelebihan yang berbeda-beda hingga kami pusatkan pada bakat yang dimiliki tiap personal tersebut, agar memiliki kemampuannya dengan terarah dan tepat sasaran. yang mempunyai bakat acting kami pusatkan pada wahana drama atau teater, yang punya bakat vokal kami pusatkan pada wahana seni suara, yang mempunyai keterampilan waditra/alat musik kami pusatkan pada wahana gamelan, hingga pada akhirnya kami satukan degan kerja ensamble menjadi suatu bentuk seni pertunjukan yang harmonis.

Wahana Satya Sunda juga berperan penting menyelamatkan generasi muda dari keterpurukan daya gaul yang salah kaprah. terkadang anak-anak remaja dengan emosinya yang labil ditambah lagi dengan pergaulan yang bebas, dalam artian "bebas" adalah salah asuhan, salah bergaul hingga terjerumus pada tatanan hidup seenaknya dan terkesan liar. Salah satu contoh: banyak anak-anak yang masuk komplotan geng motor kriminal, komunitas alcoholic bahkan terjerat NARKOBA. sebenarnya mereka-mereka ini (anak-anak remaja) menyimpan sejuta bakat positif dalam segala bidang, intinya mereka membutuhkan pengakuan dan eksistensi, namun cara dan jalan mereka untuk meraihnya terkadang salah. nah...untuk itu kami bertugas mengarahkan mereka pada suatu nilai yg positif. bagaimana kami membuat suatu grup musik perkusi, ternyata anak-anak remaja mampu menuangkan ide dan gagasan kreatifnya pada musik perkusi. alat bekas, ember bekas cat mereka pergunakan sebagai media musiknya hingga menghasilkan bunyi harmonis pada balutan musik kontemporer. ini salah satu bukti kalau seiap personal dan kelompok masyarakat mempunyai sejuta bakat, namun terkadang mereka cenderung intropert.
semoga saja anak-anak kita saat ini menjadi penyelamat untuk kelangsungan budaya warisan leluhur (budaya tradisional). Kalau bukan kita yang memberi kesadaran akan hal ini, maka kita tinggal menunggu kabar bahwa budaya kita mati ditelan zaman.

semoga tulisan ini menjadi manfaat untuk khalayak pembaca. Mohon maaf bila ide, gagasan dan tujuan kita berbeda. Perbedaan adalah harmonisasi kehidupan yang indah. Mari kita nikmati dan syukuri akan perbedaan ini sebagai nikmat Allah SWT. Terima kasih! (Wawan Supriatna,S.Sn)

Minggu, 09 November 2014



PUSAT KONSERVASI SENI DAN BUDAYA “WAHANA SATYA SUNDA”
DUSUN CIKUBANG RW 05 DESA CITALI, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG
CP : 081312159442-085956629716.   Email : wahanasatyasunda@yahoo.com

Sumedang, 8 Oktober 2014

Nomor             : 1001/WSS01/2014
Lamp. : 1 (satu)
Hal      : Undangan Workshop Konservasi Permainan Tradisional
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Guru …………………………
Di –
Tempat

Dalam rangka pelestarian seni budaya yang mengacu pada Perda Kab. Sumedang Nomor 33 Tahun 2003 tentang Pelestarian Budaya Sunda di Kabupaten Sumedang, Perda Kab. Sumedang  Nomor 1 Tahun 2007 tentang Peningkatan kapasitas SDM seni budaya dan pariwisata. Ditambah dengan Perbup Nomor 113 Tahun 2009 tentang Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS). Salah satu rangkaian penerapannya adalah upaya peningkatan profesi guru sebagai pendidik dan ilmuwan yang professional dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan seni budaya melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, serta upaya pendalaman pemahaman tentang tiga kompetensi yang harus dimiliki para guru yaitu penguasaan bidang ilmu, keterampilan kurikulum, dan keterampilan pedagogik.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Pusat Konservasi Seni dan Budaya Wahana Satya Sunda bermaksud merealisasikannya secara berkala berdasarkan ketentuan dan tahapan yang telah ditetapkan, melalui kegiatan :
“Workshop Konservasi Permainan Tradisional”
(Sambutan Pembukaan : Ketua RW 05 Dusun Cikubang)
Acara ini akan diselenggarakan pada : Hari Minggu, Tanggal 7 Desember 2014,  Pukul 09.00 WIB s/d Selesai, Di Pakarangan Ulin Wahana Satya Sunda (Dusun Cikubang RT 01 RW 05 Desa Cital,i Kec. Pamulihan-Sumedang)
Adapun biaya pendaftaran dan administrasi setiap peserta sebesar Rp.30.000,00/Orang dengan fasilitas : Snack dan Makanan Tradisional, Materi panduan workshop, diajarkan membuat mainan tradisional, lagu-lagu permainan tradisional (kaulinan) dan belajar bermain permainan tradisional.
Demikian  untuk menjadi perhatian, atas kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.


Ketua Panitia Workshop
Pendiri Pusat Konservasi Seni dan Budaya “Wahana Sayta Sunda”

Wawan Supriatna, S.Sn
 .Tembusan Yth:
-          Kepala Desa Citali
-          Kepala Dusun
-          Ketua RW 05 Dusun Cikubang
-          Babinsa Desa Citali

Kamis, 06 November 2014




“Konservasi Permainan Tradisional”
Oleh : Wawan Supriatna, S.Sn

Sebagai pelestarian budaya, permainan tradisional “kaulinan” perlu kita perkenalkan dan kita tanamkan pada anak-anak kita sejak dini. Permainan tradisional tak kalah serunya dan tak kalah pula manfaatnya sebagai kegiatan edukasi dan mengembangkan kreatifitas. Permainan tradisional sangat memupuk semangat kerjasama/kebersamaan, mempererat silaturahmi, mengembangkan bakat, meningkatkan daya konsentrasi dan kreatifitas, serta menyehatkan tubuh dan pikiran. Permainan tradisional ini tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak, namun untuk kalangan dewasa, orang tua dan manula pun sangat berpeluang besar untuk memanfaatkannya. Pertama setelah kami melakukan riset beberapa tahun di Komunitas Hong Indonesia (Pusat Kajian Permainan Tradisional), permainan tradisional ini ternyata bisa menjadi sebuah media terapi. Penyakit stres ringan atau dalam bahasa anak masa kini sering disebut “kegalauan/Galau” bisa dinetralisir, yakni dengan rutin mengikuti kegiatan permainan tradisional.

Kami “Wahana Satya Sunda” adalah komunitas yg bergerak pada konservasi seni dan budaya tradisional pada umumnya. Media pelestarian akan seni dan budaya tradisional sangatlah penting untuk mengimbangi modernisme yang semakin menyeret bahkan menggempur kita pada tatanan hidup serba instan, mewah (konsumerisme) dan bergaya kebarat-baratan, sementara budaya ketimuran kita tertimbun dalam dan dilupakan. Bukan bermaksud melawan modernitas tapi ini sebagai bentuk sikap pertahanan untuk kearifan budaya lokal yang kita yakini sebagai nilai-nilai warisan leluhur (tradisional). Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus menggali potensi budaya lokal dan tradisional kita untuk kita jadikan sebagai edukasi/pendidikan terhadap anak-anak, aset budaya dan pariwisata yang memiliki nilai-nilai estetika.

Muatan edukasi Permainan tradisional sangatlah banyak, setiap permainan mengandung makna dan nilai terhadap pelajaran yang kita dapatkan di sekolah. Sebagai contoh ; Permainan gatrik melatih logika matematika, permainan congklak memacu social-enterpreneur, permainan egrang melatih keberanian, permainan bedil jepret mengasah ilmu fisika, dan lain sebagainya. Intinya dalam semua jenis permainan tradisional tidak hanya “bermain” tetapi bagi saya adalah belajar, bekerja, mengasah otak, pikiran dan rasa “hati.
Permainan itu tidak hanya sekedar alat atau media komunal dan menjadi bahan perekat sosial. Atau, dalam istilah lain mengutip Prof. Jakob Sumardjo, permainan dimaknai sebagai ‘a play’. Permainan adalah media untuk mengembangkan diri, secara fisik, otak, maupun hati–dalam istilah sekarang, aspek motorik, kognitif, dan afektif-nya.

Tidak bisa kita pungkiri permainan modern banyak masuk kedalam kehidupan anak kita, akan tetapi itu sifatnya tekhnologi yang mengandalkan hasil antara “menang” dan “kalah”, bukan sebagai kreatifitas multifungsional. Berbeda dengan permainan tradisional yang bisa kita buat dari media alam sekitar, yang kita bikin, kita gunakan dan kita banggakan. Sebagai contoh ; “ seorang anak bikin keris-kerisan dari media daun kelapa (bahan Janur) dengan cara dianyam, ia akan merasa bangga dengan bikinannya ketimbang punya mainan mobil-mobilan hasil dibeli orangtuanya dari mall”. Suatu kebanggaan tersendiri bagi anak atas kreatifitasnya sendiri. Bagus dan jeleknya hasil dari kreatifitas si anak bukanlah nilai akhir, akan tetapi kreatifitas dan kemampuannya dalam membuat suatu mainan tersebut yang menjadi sebuah nilai estetik.

Saya sangat tertantang untuk terus ikut andil dalam pelestarian permainan tradisional ini, setelah senior saya Kang Zaini Alif berhasil membentuk “Komunitas HONG” melakukan banyak penelitian mengenai permainan tradisional nusantara bahkan permainan dunia hingga beliau menyelesaikan tesis S2-nya tentang “kajian permainan tradisional”, kini beliau sedang menyelesaikan S3 sebagai Profesor Mainan. Cukuplah bangga saya mempunyai senior sekaligus sahabat dan teman bertukar pikiran. Dari awal berdirinya “komunitas HONG” yang dibentuk kang Zaini Alif saya sudah “icikibung”/banyak terlibat dalam permainan tradisional bersama kang Zaini Alif, hingga saat ini saya mencoba membentuk “komunitas Wahana Satya Sunda” di tempat kelahiran saya, kampung Cikubang desa Citali kec. Pamulihan kab. Sumedang, yakni Wahana Satya Sunda adalah sebagai media konservasi seni dan budaya sunda pada khususnya, serta budaya nusantara pada umumnya. Kang Zaini sempat mengutarakan satu impiannya kepada saya. Ia ingin Indonesia memiliki museum permainan tradisional. “Kenapa tidak? Kita punya 800 lebih permainan. Jepang saja yang punya 200-an sudah memiliki museum anu “hade”/(bagus)”. 

Konservasi permainan tradisional ini saya awali dengan memberikan program workshop kepada guru-guru TK, PAUD dan Sederajat, serta guru-guru SD, yakni mengenai permainan tradisional dan jenis-jenisnya hingga pada pelestariannya sebagai materi bahan ajar para guru di sekolahnya masing-masing. Semoga program “konservasi permainan tradisional” ini mampu menggerakan nyali saya untuk terus melestarikan warisan budaya hingga tercapailah angan-angan saya untuk menjadikan kampung ini sebagai wisata budaya.

Terimakasih kepada seluruh peserta workshop kali ini, semoga bermanfaat dan melahirkan ide-ide dan gagasan baru untuk terciptanya kearifan budaya lokal. Saya mengajak anda  bergaya seperti anak kecil mengajak hompimpa sebagai simbol: “Hompimpa alaihum gambreng!” artinya “Dari Tuhan kembali ke Tuhan (ceuk Kang Zaini).” Mari bermain, tapi tidak main-main…!
Pesan terakhir saya : Jangan takut bermain “seharusnya sebuah kejujuran mampu menggerakan nyali”.


Wassalam!

Penulis
Bandung, 6 November 2014

Selasa, 04 November 2014

sebagai pelestarian budaya. permainan tradisional (kaulinan barudak) perlu kita perkenalkan dan kita tanamkan pada anak-anak kita sejak dini. dalam permainan tradisional tak kalah serunya dan tak kalah pula manfaatnya. permainan tradisional (kaulinan barudak) sangat memupuk semangat kerjasama/kebersamaan, mempererat silaturahmi, mengembangkan bakat, meningkatkan daya konsentrasi dan kreatifitas, serta menyehatkan tubuh dan pikiran. Permainan tradisional (kaulinan barudak) ini tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak, namun untuk kalangan dewasa, orang tua dan manula pun sangat banyak manfaatnya. Pertama, setelah kami melakukan riset beberapa tahun di Komunitas Hong Indonesia (Pusat Kajian Permainan Tradisional) permainan tradisional ini sekarang bisa menjadi sebuah media terapi. yang sering mengalami stres ringan inilah salah satu jalan untuk menetralisir stres, yakni dengan rutin mengikuti kegiatan permainan tradisional.

Wahana Satya Sunda sebagai komunitas yg bergerak pada konservasi seni dan budaya tradisional pada umumnya. pelestarian akan seni dan budaya tradisional sangatlah penting untuk mengimbangi modernisme bahkan kapitalisme yang semakin menyeret kita pada tatanan hidup serba instan, mewah dan kebarat-baratan, sementara budaya ketimuran kita tertimbun dalam. bukan bermaksud melawan modernitas tapi ini sebagai bentuk pertahanan budaya lokal yang kita yakini sebagai nilai-nilai warisan leluhur (tradisional). kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus menggali potensi budaya lokal dan tradisional kita untuk kita jadikan sebagai aset budaya dan pariwisata yang memiliki nilai-nilai estetika.
Anda guru TK/PAUD dan sederajat? kami komunitas WSS_Sumedang akan menggelar workshop mengenai "Permainan Tradisional", ini akan menjadi bahan materi ajar untuk di TK/PAUD dalam mengolah kreatifitas dan potensi anak, disamping itu untuk kami program ini sebagai pelestarian seni dan budaya sekaligus sebagai konservasi dan wisata budaya. peserta terbatas. jika anda minat, untuk pendaftaran dan info lebih lanjut silahkan hubungi kami di HP : 0813 1215 9442 atau ke email : wahanasatyasunda@yahoo.co.id/ Facebook : Wahana Satya Sunda / Twiter :@WSS_Sumedang.

Terimakasih dan Selamat Bergabung

Minggu, 26 Oktober 2014

Creatifitas & Education

Wahana Satya Sunda memberikan peluang bagi para siswa-siswi, masyarakat umum, atau wisatawan yang berkunjung ke tempat kami untuk menggali kreatifitas. pengolahan media alam (organik) bisa menjadi sebuah karya tertentu. misal : media tangkai dan daun singkong yang sudah terjatuh dari pohonnya bisa dikumpulkan dan dijadikan suatu karya menarik, yakni wayang-wayangan. kreatifitas seseorang akan bisa terlihat dari cara membuat dan hasil buatannya. psikologi seseorang pula bisa dilihat dari hasil karyanya. disinilah (di wahana satya sunda) kami banyak menemukan jati diri seseorang, saling bertukar pikiran, wawasan, pengetahuan dan ilmu tentunya. kami belajar hanya pada sarana halaman rumah seadanya, bahkan terkadang di kebun, sawah atau lapangan. kami tidak merasa minder dengan komunitas lain yang memiliki sarana memadai seperti sebuah pendopo, padepokan bahkan gedung kesenian. tapi kami belajar dari kesederhanaan, apa adanya. jangankan pengusaha, sponsor produk yang membantu kami, yang namanya Dinas terkait seperti Disparbud atau Dewan Kebudayaan pun tak pernah melirik kami. kami tak butuh mereka, yang terpenting kami ada ditengah-tengah masyarakat (khalayak) dan tentunya mereka menikmati dan menghargai kami. kami memang kecil tapi dari kekerdilan ini kami mampu membuat hati kami menjadi besar. seniman besar banyak tapi seniman yang memiliki kebesaran hati...,itu tidak banyak.
Wahana Satya Sunda.....,kami juga punya pelestarian seni Reak yang mana kesenian ini sebagai budaya dan adat pengiring pengantin sunat. seorang anak laki-laki yang akan disunat ditempat mantri sunat biasanya diarak memakai seni reak. alat musik dog-dog, angklung serta barong (bangbarongan) menambah suasana harmonis seni Reak ini. kini selain sebagai pengiring pengantin sunat, di event tertentu pun seni reak ini bisa menjadi penghangat suasana, bagaimana teatrikal dari pada para pelakunya membuat para penonton ingin terlibat kedalam suasana tersebut.

Tak Ada Tempat

 
kami memang tak punya tempat yang layak untuk bereksplorasi. tapi kami punya semangat untuk mewujudkannya. suatu saat tempat kami berproses ini akan menjadi tempat yg layak untuk dikinjungi dan dinikmati. kami memang muda, tapi rencana kami matang. kami memang kecil, tapi semangat dan tujuan kami sangat besar. seni bagi kami adalah penelusuran jati diri dan wadah untuk menempatkan kreatifitas dan karya. modernitas bagi kami adalah cerminan supaya kita bisa memperkuat kedaerahan kita. tradisi sunda yg kita tuangkan lewat bungkus modernisme namun isinya penuh dengan nilai-nilai tradisi masyarakat kami. bagaimana kawih lagu-lagu sunda diiringi alat musik sampah? penasaran? inilah....Berebet Percusion yg lahir di Wahana Satya Sunda.