Gembrong Liwet adalah satu tradisi budaya menanak nasi liwet satu kampung dalam rangka silaturahmi menyambut bulan suci ramadhan. ini adalah suatu bentuk rasa syukur kepada ALLAH SWT. acara Gembrong Liwet akan dilaksanakan pada hari Minggu, 14 Juni 2015 bertempat di Pakarangan Ulin WSS (Wahana Satia Sunda) dusun Cikubang RW 05 Desa Citali Kec.Pamulihan Kab. Sumedang-Jawa Barat. pada pukul 08.00 WIB pagi Masyarakat umum dari berbagai daerah, khususnya masyarakat setempat datang berbondong-bondong dan berkumpul di pakarangan ulin WSS menunggu pembukaan Tradisi Gembrong Liwet, tiada lain masyarakat datang untuk menanak nasi liwet secara serentak pada hari itu, selain itu juga anak-anak sambil menunggu nasi liwet selesai dihidangkan mereka melakukan tradisi Ngapungkeun langlayangan (bermain layang-layang) secara beramai-ramai. layang-layang sebelum diterbangkan terlebih dahulu ditulisi dengan berbagai kata-kata, ada yang mengeluarkan kata unek-unek, permintaan maaf, atau pun kesan-kesan dalam tradisi gembrong liwet tersebut.
dalam gembrong liwet ini juga akan menampilkan Liwet Jawara yang dimasak oleh Jawara Liwet (Master Chef Liwet) dusun Cikubang. siapa pun yang datang ke tempat itu boleh makan nasi liwet tersebut dengan gratis. adapun makanan pendampingnya yang selalu disuguhkan di Pakarangan Ulin WSS yakni makanan tradisional yang disuguhkan dalam Warung Sawios (Warung gratis). disamping itu pula pengunjung bisa menikmati hiburan masyarakat setempat (Pentas Seni) diantaranya Pencak Silat, Celempungan, Tarawangsa, Kacapi Suling, Longser Bocah, Degung, dll.
Tradisi ini dimunculkan atas prakarsa Saudara Wawan Aldo Supriatna seorang budayawan muda yang memperoleh dukungan kuat dari rekan-rekannya, para seniman dan para tokoh masyarakat dusun Cikubang dengan tujuan mengikat dan menjaga silaturahmi yang tidak hanya terjalin di lingkungan dusun Cikubang saja, melainkan lingkup silaturahmi seantero jagat karena biasanya yang mengunjungi dusun Cikubang tidak hanya wisatawan Domestik, namun wisatawan Asing pun kerap berkunjung ke pakarangan Ulin WSS.
Tradisi ini rencananya akan selalu diperingati menjelang bulan suci ramadhan dengan tujuan silaturahmi dan melepas ego semoga di bulan suci ramadhan yang akan dilalui tidak membawa beban, kesalahfahaman antar personal bisa dilebur pada hari itu dan dirubah menjadi suasana kekeluargaan penuh suka cita sebagai bentuk rasa syukur kepada Alloh SWT.
pada malam harinya akan digelar pengajian, umat muslim akan berkumpul berdoa bersama dan mendengarkan ceramah dari Ustad/ulama/Da'i dengan tujuan meningkatkan pemahaman nilai-nilai islam di masyarakat. tradisi ini diharapkan bisa memberikan stimulus terhadap masyarakat untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Amin!
untuk itu kami mengundang siapun yang tertarik pada tradisi ini untuk hadir pada hari Minggu, 14 Juni 2014 dari Pukul 8 pagi sampai dengan pukul 11 malam bertempat di Pakarangan Ulin WSS (Wahana Satia Sunda). Terimakasih
Pusat Konservasi Seni Budaya Tradisional Sunda dengan memiliki Pakarangan Ulin WSS sebagai sarana eksplorasi seni budaya. berkedudukan di wilayah dusun Cikubang Desa Citali Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang - Jawa Barat
Jumat, 12 Juni 2015
Selasa, 05 Mei 2015
Longser Anak atawa Longser Bocah (Wahana Satia Sunda)
Longser Anak dari Pusat Konservasi Seni Budaya WAHANA SATIA SUNDA kali ini membawakan sebuah Lakon "CADAS PANGERAN" yang mana didalamnya adalah sebuah Reinkarnasi Tokoh Pangeran Kornel dan Herman William Deandels. Pangeran Kornel sebagai Bupati Sumedang kala itu dan H.W. Deandels sebagai perwakilan dari kolonial belanda hadir kembali dimasa kini dan merasa marah terhadap pemerintahan Sumedang masa kini. kritik pedas terhadap pemerintah pun banyak dilontarkan para aktor Longser Anak ini. kritikan terhadap perlindungan jalan Cadas Pangeran jelas-jelas diungkapkan sang penmgarang lakon melalui para aktor ciliknya ini. sungguh membuat bangga para penonton dan para orang tua aktor yang menyaksikannya. air mata bahagia, air mata kebanggaan atas anak-anaknya yang masih kecil berani beradu akting diatas pentas dan disaksikan ratusan penonton.
pertunjukan ini tak lain adalah buah karya dari seorang seniman muda, kang Wawan Aldo Supriatna lah yang membuat cerita sekaligus menyutradarai. kami dari segenap keluarga besar Wahana Satia Sunda pun baru kali ini melihat akting anak-anak asuhannya demikian total dan berbuah tepuk tangan dan acungan jempol ratusan penonton. kami berharap lakon ini tak sampai disini tapi bisa kami pentaskan kembali di kota-kota lain sebagai bentuk konservasi sejarah.
Terima kasih dan sampai Jumpa di Produksi Selanjutnya.
Sabtu, 28 Februari 2015
Menuju WLR 2015
Workshop Longser Remaja yang akan digelar pada hari Minggu 15 Maret 2015 akan menghadirkan para peserta pelajar SMP, SMU/SMK Sederajat, dan Mahasiswa. Selain itu juga WSS akan menghadirkan pertunjukan Longser Kolaborasi kelompok Longser dari Bandung seperti kelompok Longser Bandoengmooi, Toneel Bandung, dan Longser WSS sendiri dengan para pemain komedian bandung seperti Mr.Jun, Mang Kodrat, Wawan Aldo, Ceu Popon dan lain-lain.
Rabu, 18 Februari 2015
Reaitas Seni Pertunjukan Rakyat
Seni pertunjukan rakyat di tatar sunda sama halnya dengan di daerah lainnya, selain sebagai media hiburan dan ceremonial pada dasarnya saat ini di jaman modern seni pertunjukan rakyat dipergunakan sebagai media penyampaian pesan dan informasi publik. Seperti halnya yang dilakukan secara reguler oleh dinas komunikasi dan informatika (DISKOMINFO) Jawa Barat, BPA3PKKB Jawa Barat dalam setiap sosialisasi kepada masyarakat selalu menggunakan seni pertunjukan rakyat. Wayang golek, Longser, Bobodoran/Lawakan sunda pun dipergunajan sebagai media penyampaian informasi kepada masyarakat, selain lebih efektif cara ini juga bisa lebih dipahami dan kedekatan tengah dirasakan oleh publik serta tidak akan nampak kesan menggurui kepada masyarakat karena informasi pesan dikemas dengan media hiburan.
Rabu, 11 Februari 2015
Komunitas kreatif
Sebagai pusat konservasi seni budaya, WSS (Wahana Satia Sunda) memberikan ruang untuk para kreator seni dalam setiap eksplorasi dan eksperimen sebagai kebaruan bentuk seni yang dikemas bagi publik penikmat seni.
Creatif Education yang dibentuk oleh setiap komunitas kreatif memberikan rangsangan baru bagi para seniman (kreator) untuk lebih mengembangkan kembali ide dan gagasan yang semakin liar dan tak terbatas. Ruang imaji yang semakin meluas menghadirkan nilai kekaryaan yg eksperimental. Pembaharuan seni lewat ide gila menembus dinding realitas semakin banyak diungkapkan via seni pertunjukan dan pameran, ini suatu bukti bahwa perkembangan seni di dunia telah membawa kecerdasan publik.
Creatif Education yang dibentuk oleh setiap komunitas kreatif memberikan rangsangan baru bagi para seniman (kreator) untuk lebih mengembangkan kembali ide dan gagasan yang semakin liar dan tak terbatas. Ruang imaji yang semakin meluas menghadirkan nilai kekaryaan yg eksperimental. Pembaharuan seni lewat ide gila menembus dinding realitas semakin banyak diungkapkan via seni pertunjukan dan pameran, ini suatu bukti bahwa perkembangan seni di dunia telah membawa kecerdasan publik.
Jumat, 06 Februari 2015
Menuju Workshop Longser Remaja (WLR) 2015
Pada tanggal 15 Maret 2015 nanti, Pusat Konservasi Seni Budaya WAHANA SATIA SUNDA (WSS) akan menggelar WLR 2015 dengan para peserta pelajar SMP, SMA/SMK Sederajat dan Mahasiswa yang khususnya berada di wilayah Kabupaten Sumedang. Rencananya WSS akan menghadirkan beberapa pemateri atau narasumber yang ahli di bidang seni Longser yang sampai saat ini masih aktif bermain longser seperti Hermana HMT dari kelompok Longser Bandoengmooi, Giri Mustika dari kelompok Toneel Bandung, dan Yusef Muldiyana dari Laskar Panggung Bandung. Rencananya ketiga narasumber ini akan WSS kemas sebagai pemateri langsung yang akan memberikan berbagai cara dan pemahaman tentang bagaimana membuat ide cerita untuk longser, praktek pengcastingan peran, praktek berlatih hingga pementasannya dengan waktu yang singkat. Disini para peserta akan dibekali ilmu improvisasi sehingga dengan waktu yang singkat mereka dituntut untuk menggali kecerdasan emosi dan pikiran yang merujuk pada pengetahuan antar peserta menuju tematik yang mereka bangun sendiri. Kiranya akan terlihat seru dan sistem sharing education antara narasumber dan peserta akan menjadi rangkaian silaturahmi yang erat.
Olah tubuh di WSS
Olah tubuh sebelum proses latian tari dilakukan Anak-anak Wahana Satia Sunda setiap rabu dan sabtu pukul 14.00 WIB s/d 17.00 WIB. Bagi anda yang ingin bergabung bisa langsung datang aja ke pakarangan ulin WSS.
Senin, 02 Februari 2015
Pakarangan Ulin Wahana Satia Sunda
Pakarangan Ulin Wahana Satia Sunda (WSS) hadir untuk edukasi masyarakat. Pendidikan karakter anak, pengetahuan dan wawasan masyarakat yang perlu dikembangkan dengan metode sharing akan lebih terasa dan lebih diterima oleh masyarakat ketimbang dengan metode seperti di sekolah formal yang terkesan menggurui dan terkesan bersifat intimidasi.
Pakarangan ulin WSS memberikan wahana mainan dan permainan tradisional, seni pertunjukan tradisional, dan sebagainya yang bernilai dan bernuansa tradisional.
Siapa saja yang ingin bergabung atau hanya sekedar berkunjung silahkan bisa langsung datang ke Pakarangan Ulin WSS di Dusun Cikubang RT 01/05 Desa Citali Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.
Pakarangan ulin WSS memberikan wahana mainan dan permainan tradisional, seni pertunjukan tradisional, dan sebagainya yang bernilai dan bernuansa tradisional.
Siapa saja yang ingin bergabung atau hanya sekedar berkunjung silahkan bisa langsung datang ke Pakarangan Ulin WSS di Dusun Cikubang RT 01/05 Desa Citali Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.
Revitalisasi Budaya Pesawahan Di Dusun Cikubang
Kekuatan akan nilai budaya tradisional bisa kita rasakan disaat melihat artistik suatu hempasan pesawahan, disitu tak luput dari imajinasi kita yang menciptakan proses menanam menggarap sawah dengan karapan sapi (magawe) lalu menanam padi (tandur), budaya tradisional seakan nampak dan terasa ditambah dengan alunan suara (beluk) si petani yang sedang menggarap sawah.
di tahun 1990 saat penulis berusia 7 tahun masih menempel imaji tersebut ketika setiap mendengar beluk (alunan nyanyian si petani saat menggarap sawah dengan sapi) saya selalu serentak melihat dan menghampiri untuk ikut naik karapan sapi. sampai tahun 1998 pemandangan dan pengalaman tersebut masih bisa saya nikmati, tapi Kini tak lagi bisa disaksikan karena sawahnya pun telah berganti ladang diakibatkan rusaknya irigasi ke pesawahan kami.
ingin rasanya mengembalikan suasana dan budaya pesawahan ditempat kami, dengan langkah pertama memperbaiki saluran irigasi terlebih dahulu, memberikan sosialisasi kepada kelompok tani tentang berbagai manfaat dan hasil dari budaya sawah, serta mencari stimulan dari pemerintah atau dinas terkait untuk membantu program revitalisasi budaya pesawahan. Hal ini akan menjadi satu reinkarnasi budaya di dusun kami yang akan berkembang pada tatanan kesenian didalamnya, di dusun kami dulu setiap panen padi sebagai tanda syukur kepada sang pencipta selalu diadakan ceremonial lewat media seni Tarawangsa, rengkong, beluk, dsb. Mungkin nenek moyang terdahulu (sebelum masuk ajaran Islam) acara tersebut adalah sebagai bukti terimakasih kepada Dewi Sri (Dewi Padi), setelah Masuk Islam budaya tersebut berangsur diluruskan sebagai bukti tafakur terhadap hasil alam yang dianugrahkan oleh Alloh SWT. Seni budaya dan agama pun jika disinkronkan dengan pandangan positif tidak akan mengundang perpecahan. Adanya kontribusi antara tokoh agama dan tokoh seni maka akan melahirkan satu budaya yang harmonis, toh berkembangnya Islam sendiri di daerah kita kebanyakan melalui seni pertunjukan wayang golek. Di daerah kami sebaliknya, kehadiran Islam malah mematikan seni budaya, diakibatkan pro kontra seni dan agama, disini melibatkan Ego dan fanatik yang tidak diimbangi ilmu pengetahuan dan wawasan. Tokoh agama tidak mau mencerna ilmu seni, sebaliknya tokoh seni tidak mendalami ilmu agama maka akibatnya bisa menimbulkan hal yg fatal bagi perkembangan keduanya.
Kini banyak lahir seniman akademik dan tokoh agama yang akademik pula, hendaknya bisa menyikapi arti dari perkembangan seni budaya untuk pembentukan karakter masyarakat. Bagaimana kita mengembalikan berbagai nilai tradisional dengan pandangan yang lebih dewasa. Terlebih budaya pesawahan yang mesti kita kembalikan atas dasar manfaat publik.
mengembalikan budaya pesawahan di dusun kami belum terlambat, saluran irigasi masih ada hanya tinggal bagaimana cara memperbaikinya, lahan untuk pesawahan yang kini jadi ladang bisa kita kembalikan fungsinya menjadi sawah kembali. Tapi dalam penggarapannya kita kemas seperti dahulu dengan memakai bantuan hewan (sapi, kerbau) bukan mesin traktor. Kenapa? Bukan masalah "ketradisionalan" secara visual saja, akan tetapi secara "rasa" dan "manfaat" nya pun tentu berbeda.
Mari kibarkan kembali orang-orangan sawah (bebegig) di tanah kita, mari kita sebarkan benih-benih padi di tanah kita, mari kita lantunkan kembali nyanyian anak-anak kampung, mari kita petik kembali dawai kecapi, mari kita tiup kembali suling bambu dan terompet-terompetan dari jerami, niscaya kita akan merasakan kedamaian yang sesungguhnya. Sebuah REINKARNASI BUDAYA.
di tahun 1990 saat penulis berusia 7 tahun masih menempel imaji tersebut ketika setiap mendengar beluk (alunan nyanyian si petani saat menggarap sawah dengan sapi) saya selalu serentak melihat dan menghampiri untuk ikut naik karapan sapi. sampai tahun 1998 pemandangan dan pengalaman tersebut masih bisa saya nikmati, tapi Kini tak lagi bisa disaksikan karena sawahnya pun telah berganti ladang diakibatkan rusaknya irigasi ke pesawahan kami.
ingin rasanya mengembalikan suasana dan budaya pesawahan ditempat kami, dengan langkah pertama memperbaiki saluran irigasi terlebih dahulu, memberikan sosialisasi kepada kelompok tani tentang berbagai manfaat dan hasil dari budaya sawah, serta mencari stimulan dari pemerintah atau dinas terkait untuk membantu program revitalisasi budaya pesawahan. Hal ini akan menjadi satu reinkarnasi budaya di dusun kami yang akan berkembang pada tatanan kesenian didalamnya, di dusun kami dulu setiap panen padi sebagai tanda syukur kepada sang pencipta selalu diadakan ceremonial lewat media seni Tarawangsa, rengkong, beluk, dsb. Mungkin nenek moyang terdahulu (sebelum masuk ajaran Islam) acara tersebut adalah sebagai bukti terimakasih kepada Dewi Sri (Dewi Padi), setelah Masuk Islam budaya tersebut berangsur diluruskan sebagai bukti tafakur terhadap hasil alam yang dianugrahkan oleh Alloh SWT. Seni budaya dan agama pun jika disinkronkan dengan pandangan positif tidak akan mengundang perpecahan. Adanya kontribusi antara tokoh agama dan tokoh seni maka akan melahirkan satu budaya yang harmonis, toh berkembangnya Islam sendiri di daerah kita kebanyakan melalui seni pertunjukan wayang golek. Di daerah kami sebaliknya, kehadiran Islam malah mematikan seni budaya, diakibatkan pro kontra seni dan agama, disini melibatkan Ego dan fanatik yang tidak diimbangi ilmu pengetahuan dan wawasan. Tokoh agama tidak mau mencerna ilmu seni, sebaliknya tokoh seni tidak mendalami ilmu agama maka akibatnya bisa menimbulkan hal yg fatal bagi perkembangan keduanya.
Kini banyak lahir seniman akademik dan tokoh agama yang akademik pula, hendaknya bisa menyikapi arti dari perkembangan seni budaya untuk pembentukan karakter masyarakat. Bagaimana kita mengembalikan berbagai nilai tradisional dengan pandangan yang lebih dewasa. Terlebih budaya pesawahan yang mesti kita kembalikan atas dasar manfaat publik.
mengembalikan budaya pesawahan di dusun kami belum terlambat, saluran irigasi masih ada hanya tinggal bagaimana cara memperbaikinya, lahan untuk pesawahan yang kini jadi ladang bisa kita kembalikan fungsinya menjadi sawah kembali. Tapi dalam penggarapannya kita kemas seperti dahulu dengan memakai bantuan hewan (sapi, kerbau) bukan mesin traktor. Kenapa? Bukan masalah "ketradisionalan" secara visual saja, akan tetapi secara "rasa" dan "manfaat" nya pun tentu berbeda.
Mari kibarkan kembali orang-orangan sawah (bebegig) di tanah kita, mari kita sebarkan benih-benih padi di tanah kita, mari kita lantunkan kembali nyanyian anak-anak kampung, mari kita petik kembali dawai kecapi, mari kita tiup kembali suling bambu dan terompet-terompetan dari jerami, niscaya kita akan merasakan kedamaian yang sesungguhnya. Sebuah REINKARNASI BUDAYA.
Workshop Longser Remaja Akan Digelar
Workshop longser remaja (WLR) 2015 akan digelar pada tanggal 15 Maret 2015 dari pukul 09.00 Wib s/d Selesai bertempat di Pakarangan Ulin WSS dengan para peserta Workshop Siswa/i SMP, SMA/SMK Sederajat, dan Mahasiswa se-kabupaten Sumedang. Untuk yang akan mendaftar jadi peserta silahkan daftar segera ke nomor kontak (081312159442 - 08886003969). PESERTA TERBATAS. PENDAFTARAN PESERTA DITUTUP SAMPAI TANGGAL 10 MARET 2015. Terima kasih
Rabu, 28 Januari 2015
Proses shoting program komedi BALAGA (BAnyolan Longser Anak GAul)
shoting program komedi BALAGA (BAnyolan Longser Anak GAul) yang diproduksi oleh stasiun televisi lokal PAR TV Tivina Urang Parahyangan bekerjasama dengan Pusat Konservasi Seni Budaya WAHANA SATIA SUNDA (WSS) Sumedang. Proaes shoting perdana ini dilakukan di Pakarangan Ulin WSS di Dusun Cikubang RT 01/05 Ds.Citali Kec.Pamulihan Sumedang. Program BALAGA ini mengadopsi spirit teater rakyat "Longser" yang dikemas kekinian sehingga melahirkan bentuk dan karakter baru dalam garapannya. Cerita dan penggarapan (penyutradaraan) yang digarap oleh Wawan Aldo Supriatna ini sangat sederhana, cerita yang tak jauh dari kehidupan masyarakat pedesaan yang sudah modern, atau pun cerita-cerita dongeng dan babad yang dikemas sesederhana mungkin tanpa menghilangkan esensi dari cerita sesungguhnya. Alasannya program ini dibuat, pihak PAR TV dan WSS ingin merangsang generasi muda terjun pada pelestarian seni budaya, salah satu cara pendekatannya adalah mengemas seni tradisi pada kemasan semi modern agar tidak terlalu jauh dengan zaman sekarang. Semoga program baru ini nantinya bisa menghibur sekaligus memberikan pesan positif untuk para penontonnya. Intinya semoga program ini bisa diterima oleh publik.
Selasa, 20 Januari 2015
Senin, 19 Januari 2015
Ruang bagi perkembangan seni pertunjukan rakyat tradisional
Seni pertunjukan rakyat tradisional kini banyak digunakan sebagai media bagi dinas pemerintahan, perusahaan, dan organisasi/ kelompok dalam menyampaikan pesan dan informasi tertentu. Keberadaan seni pertunjukan rakyat tradisional bersama senimannya sangatlah diakui keberadaannya ditambah dengan banyaknya perguruan tinggi seni yang menciptakan para seniman akademik, sehingga seni budaya tradisional kini kembali banyak muncul ke permukaan dengan hasil adopsi para seniman yang memiliki pola pikir cerdas. Banyak karya seni inivatif terlahir buah adopsi seni tradisional yang dibumbui dengan hal modern baik bentuk maupun unsur penyajiannya (art colaboration), namun tetap lebih memunculkan unsur tradisionalnya, sehingga seni pertunjukan rakyat tradisional kini mengalami perkembangan secara positif tanpa meninggalkan nilai-nilai keasliannya. Itu yang disebut "miindung ka waktu, mibapa ka jaman", disini mempunyai artian bahwa seni pertunjukan rakyat tradisional akan terus hidup sesuai kebutuhannya seiring berjalannya waktu dan jaman, justru akan semakin kuat mengakar dari generasi ke generasi sebagai pola pelestarian seni budaya tradisional.
banyak muncul perdebatan antara seniman otodidak dan seniman akademik diranah nilai keaslian suatu pola struktur garapan suatu seni pertunjukan (pakem/aturan), tapi pada akhirnya banyak yang menyadari bahwa seni pertunjukan tradisional harus berkembang seiring perkembangan jaman, kalau tidak ya cukup sampai satu jaman saja seni itu bisa bertahan hidup, karena jaman terus berkembang maka seni pertunjukan rakyat tradisional pun harus mencari ruang untuk mengikuti perkembangan tersebut. Seni harus sesuai porsi dan kebutuhannya, jika tidak bisa mengalami 'koma' bahkan terkubur oleh si senimannya sendiri. Seni bukan untuk diisolasi oleh senimannya sendiri tapi seniman harus mampu memberikan ruang gerak bagi perkembangan dan laju pertumbuhan bagi seni itu sendiri. Satu contoh; seni pewayangan kini mengalami banyak perkembangan pada ruang penyajiannya, banyak lahir wayang golek minimalis, biasanya wayang diiringi oleh gamelan yang notabene membutuhkan para pendukung musik dan peralatan hingga 20 orang, kini dengan meminimalisir penyajian bisa hanya dengan 5 orang pun pertunjukan bisa terlaksana tanpa menghilangkan esensi dari pertunjukan wayang golek.
banyak muncul perdebatan antara seniman otodidak dan seniman akademik diranah nilai keaslian suatu pola struktur garapan suatu seni pertunjukan (pakem/aturan), tapi pada akhirnya banyak yang menyadari bahwa seni pertunjukan tradisional harus berkembang seiring perkembangan jaman, kalau tidak ya cukup sampai satu jaman saja seni itu bisa bertahan hidup, karena jaman terus berkembang maka seni pertunjukan rakyat tradisional pun harus mencari ruang untuk mengikuti perkembangan tersebut. Seni harus sesuai porsi dan kebutuhannya, jika tidak bisa mengalami 'koma' bahkan terkubur oleh si senimannya sendiri. Seni bukan untuk diisolasi oleh senimannya sendiri tapi seniman harus mampu memberikan ruang gerak bagi perkembangan dan laju pertumbuhan bagi seni itu sendiri. Satu contoh; seni pewayangan kini mengalami banyak perkembangan pada ruang penyajiannya, banyak lahir wayang golek minimalis, biasanya wayang diiringi oleh gamelan yang notabene membutuhkan para pendukung musik dan peralatan hingga 20 orang, kini dengan meminimalisir penyajian bisa hanya dengan 5 orang pun pertunjukan bisa terlaksana tanpa menghilangkan esensi dari pertunjukan wayang golek.
Embun, malam, dan pelarian
Ini malam. Menyerupai subuh terbungkus waktu. Kaca dan kayu jendela beruap kedinginan melawan angin dan basah. Langit..berarak hitam tanpa bintang dan cahaya bulan, Kini sepi tertelan suara jangkrik dan kodok lumpur.
Mungkin sebentar lagi subuh
kini terlihat hempasan kebun jagung melambai menyambut adzan.
para binatang malam mengendus lewat tanah basah, bukan karena hujan, hanya diludahi embun sisa kemarin.
Mungkin pulih. Kembali pagi seperti kemarin
Mungkin sehat. Kembali kerja seperti petani
Mungkin mati. Kembali tidur disisi tuhan.
Keramat
do'a dan harapan
Esok kembali menulis seperti sekarang.
Mungkin sebentar lagi subuh
kini terlihat hempasan kebun jagung melambai menyambut adzan.
para binatang malam mengendus lewat tanah basah, bukan karena hujan, hanya diludahi embun sisa kemarin.
Mungkin pulih. Kembali pagi seperti kemarin
Mungkin sehat. Kembali kerja seperti petani
Mungkin mati. Kembali tidur disisi tuhan.
Keramat
do'a dan harapan
Esok kembali menulis seperti sekarang.
Minggu, 18 Januari 2015
Wahana Galeri WSS sebagai toko oleh-oleh karya masyarakat
Salah satu merchandise Pakarangan Ulin Wahana Satia Sunda. Berbagai macam dan jenis wayang golek sesuai kebutuhan.
Sabtu, 17 Januari 2015
Deskripsi Workshop Longser Remaja (WLR) 2015
Workshop Longser Remaja (WLR)2015 yang akan digelar 15 maret 2015 adalah sebuah konservasi sekaligus inovasi terhadap seni pertunjukan rakyat sunda (teater tradisional). Banyak event mengenai seni pertunjukan longser digelar, intensitas festival longser remaja (lawung longser nonoman), festival longser batik setiap 2 tahun sekali yang digawangi kelompok toneel bandung telah banyak menghasilkan generasi-generasi pertumbuhan inovasi seni longser di tatar sunda. Kini Workshop Longser Remaja (WLR) 2015 bermaksud mengajak para remaja pelajar SMP, SMA/SMK Sederajat dan Mahasiswa untuk bersama-sama dalam sebuah pembelajaran proses produksi seni longser dari awal mempersiapkan ide cerita hingga penyajian pentasnya. Disini para peserta akan dibagi perkelompok dan diajak pada beberapa wahana workshop, antara lain ; belajar menyiapkan ide cerita, membuat naskah, pembagian peran (casting) yang tepat sesuai skill individu, berlatih singkat sampai pada pementasan antar kelompok, serta
Panitia WLR 2015 sekaligus akan menilai kelompok terbaik. Selain itu juga sebagai bahan perbandingan seni juga sebagai bahan apresiasi sekaligus hiburan bagi peserta, panitia juga akan menyuguhkan pertunjukan longser dari kelompok longser toneel bandung dan kelompok longser Bandoengmooi. Demikian kiranya deskripsi event WLR 2015 nanti, semoga dapat bermanfaat bagi publik, khususnya lagi bagi peserta yang ikut nanti. Terimakasih. Selamat mendaftarkan diri dan Salam seni budaya!
Panitia WLR 2015 sekaligus akan menilai kelompok terbaik. Selain itu juga sebagai bahan perbandingan seni juga sebagai bahan apresiasi sekaligus hiburan bagi peserta, panitia juga akan menyuguhkan pertunjukan longser dari kelompok longser toneel bandung dan kelompok longser Bandoengmooi. Demikian kiranya deskripsi event WLR 2015 nanti, semoga dapat bermanfaat bagi publik, khususnya lagi bagi peserta yang ikut nanti. Terimakasih. Selamat mendaftarkan diri dan Salam seni budaya!
Jumat, 16 Januari 2015
Workshop Longser Remaja (WLR)2015
Workshop Longser Remaja (WLR) 2015
Untuk Siswa/i SMP, SMA/SMK Sederajat, dan Mahasiswa yang berada di wilayah kabupaten sumedang silahkan daftarkan diri kalian ke 081312159442 - 08886003969.
workshop Longser Remaja (WLR) 2015 akan dilaksanakan hari Minggu 15 Maret 2015 dari pukul 09.00 WIB s/d Selesai, bertempat di Pakarangan Ulin Wahana Satia Sunda (WSS) Sumedang, alamat lengkapnya di dusun Cikubang desa Citali kecamatan Pamulihan kabupaten Sumedang.
Fasilitas:
1. MATERI WORKSHOP LONGSER
2. SNACK
3.NASI BOX
4.SERTIFIKAT WORKSHOP
5.KULINER TRADISIONAL
6.HIBURAN
Untuk Informasi lebih lanjut hubungi panitia WLR 2015
*no kontak tertera diatas
Untuk Siswa/i SMP, SMA/SMK Sederajat, dan Mahasiswa yang berada di wilayah kabupaten sumedang silahkan daftarkan diri kalian ke 081312159442 - 08886003969.
workshop Longser Remaja (WLR) 2015 akan dilaksanakan hari Minggu 15 Maret 2015 dari pukul 09.00 WIB s/d Selesai, bertempat di Pakarangan Ulin Wahana Satia Sunda (WSS) Sumedang, alamat lengkapnya di dusun Cikubang desa Citali kecamatan Pamulihan kabupaten Sumedang.
Fasilitas:
1. MATERI WORKSHOP LONGSER
2. SNACK
3.NASI BOX
4.SERTIFIKAT WORKSHOP
5.KULINER TRADISIONAL
6.HIBURAN
Untuk Informasi lebih lanjut hubungi panitia WLR 2015
*no kontak tertera diatas
Senin, 12 Januari 2015
Langganan:
Postingan (Atom)