Kami mempunyai pakarangan ulin sebagai wahana pendidikan karakter dan akhlak budaya, khususnya untuk pendidikan anak sejak dini dengan konsep bermain sehingga lebih dekat dengan kehidupan anak-anak. Ini merupakan salah satu cara dalam pendekatan psikologis anak. Konsep bermain yang kami suguhkan adalah mengemas permainan tradisional rakyat, sekaligus memperkenalkan kembali budaya tradisional kita yang hampir ditinggalkan masyarakatnya. Selain itu, ini nerupakan suatu bentuk pelestarian atau konservasi bagi seni budaya tradisional. Menurut peneletian dan pengkajian para ahli di bidang permainan rakyat tradisional, mainan dan permainan yang dimiliki nusantara sekitar 800 lebih jenis mainan dan permainan tradisional nusantara. Jawa Barat saja memiliki sekitar 250-an lebih jenis mainan dan permainan tradisional.
Nah di pakarangan ulin Wahana Satia Sunda bisa dijumpai sekaligus praktek langsung mengenai mainan dan permainan tersebut, selain itu juga kami punya wahana seni pertunjukan juga yang mana sama muatannya dalam hal pembentukan karakter, yakni ada seni teater, tari, musik karawitan, dan rupa. Seni teater di pakarangan ulin WSS menanamkan muatan edukasi si anak untuk berani tampil dan berbicara di muka umum, daya hafal, daya pikir dan eksplorasi gerak. Sebenarnya pada wahana teater ini sudah mencakup beberapa aspek seni yang terkandung di dalamnya; vokal, gerak, dan akting sangat besar muatannya. Selanjutnya wahana musik karawitan untuk anak diberikan tahapan mengenal dan belajar seni degung, karakter degung memberikan kelembutan pada si pelakunya, bagaimana si anak dibawa kearah karakter, tatakrama dan sopan santun. Adapun wahana rupa, yakni mengeksplorasi dan mengasah kreatifitas anak pada wilayah membuat mainan, melukis layangan, dsb. Mungkin banyak tempat seperti yang kami suguhkan di tempat-tempat tertentu yang lebih dulu mengemas dan telah lama berkembang, namun yang kami kemas tentulah sangat berbeda. Kebanyakan tempat lain hanya mengemas pada wilayah mainan dan permainan saja, tapi kami mencoba memberikan muatan lebih pada seni dan juga lingkungannya, terutama seni pertunjukan tradisional. Anak-anak (masyarakat) tidak hanya diperkenalkan pada wilayah mainan dan permainan tradisional saja, akan tetapi membuka ruang pada elemen-elemen lainnya (kesenian, sosial, dan alam). Selain itu juga keberadaan tempat kami berada di area sisi sawah dan kebun, serta ditengah-tengah dusun/kampung sehingga akan menambah suasana artistik dan impresi natural ethnic Sunda.
Pusat Konservasi Seni Budaya Tradisional Sunda dengan memiliki Pakarangan Ulin WSS sebagai sarana eksplorasi seni budaya. berkedudukan di wilayah dusun Cikubang Desa Citali Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang - Jawa Barat
Rabu, 31 Desember 2014
Selasa, 30 Desember 2014
Seni Budaya Sumber Kehidupan
Berbicara tentang seni dan budaya keduanya erat tak dapat dipisahkan. Didalam budaya ada nilai-nilai seni dan kesenian, begitupun dalam seni terdapat budaya-budaya tertentu. Seni budaya
merupakan warisan, kebanggaan, kekuatan, identitas, hiburan dan merupakan sumber penghidupan. Seni budaya yang mana?bagaimana? dan seperti apa?.menurut saya pribadi adalah seni budaya tradisional (ethnic) yang justru sekarang perlu kita perkenalkan dan kita tanamkan pada anak-anak sejak dini. Berawal dari bahasa, perilaku, lingkungan hingga akhlak yang berbudaya. Anak adalah generasi penerus yang akan beranjak dewasa dan matang. Dalam menuju kematangan tersebut kita bekali akhlak budaya ethnic yang hidup di lingkungannya, hingga pada saat kematangannya telah membawa karakter budaya aslinya, adapun faktor lingkungan lain yang nantinya berpengaruh besar (budaya barat) namun ia akan menghadirkan proteksi terhadap budaya tersebut. Jadi intinya perlu ada penguatan terlebih dahulu pada tatanan ethnic-nya sejak dini.
Mari kita bersama-sama menata seni budaya tradisional kita sebagai perwujudan pembentukan karakter dan sumber penghidupan.
Wawan Aldo Supriatna
merupakan warisan, kebanggaan, kekuatan, identitas, hiburan dan merupakan sumber penghidupan. Seni budaya yang mana?bagaimana? dan seperti apa?.menurut saya pribadi adalah seni budaya tradisional (ethnic) yang justru sekarang perlu kita perkenalkan dan kita tanamkan pada anak-anak sejak dini. Berawal dari bahasa, perilaku, lingkungan hingga akhlak yang berbudaya. Anak adalah generasi penerus yang akan beranjak dewasa dan matang. Dalam menuju kematangan tersebut kita bekali akhlak budaya ethnic yang hidup di lingkungannya, hingga pada saat kematangannya telah membawa karakter budaya aslinya, adapun faktor lingkungan lain yang nantinya berpengaruh besar (budaya barat) namun ia akan menghadirkan proteksi terhadap budaya tersebut. Jadi intinya perlu ada penguatan terlebih dahulu pada tatanan ethnic-nya sejak dini.
Mari kita bersama-sama menata seni budaya tradisional kita sebagai perwujudan pembentukan karakter dan sumber penghidupan.
Wawan Aldo Supriatna
Selasa, 11 November 2014
Wahana Satya Sunda sebagai komunitas yg bergerak pada konservasi seni
dan budaya tradisional pada umumnya. Pelestarian akan seni dan budaya
tradisional sangatlah penting untuk mengimbangi modernisme bahkan
kapitalisme yang semakin menyeret kita pada tatanan hidup serba instan,
mewah dan kebarat-baratan, sementara budaya ketimuran kita tertimbun
dalam. bukan bermaksud melawan modernitas tapi ini sebagai bentuk
pertahanan budaya lokal yang kita yakini sebagai nilai-nilai warisan
leluhur (tradisional). kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk
terus menggali potensi budaya lokal dan tradisional kita untuk kita
jadikan sebagai aset budaya dan pariwisata yang memiliki nilai-nilai
estetika.
Wahana Satya Sunda merupakan suatu wadah untuk masyarakat (anak-anak s/d orangtua) untuk menumbuhkan ide-ide kreatifitas yang bertumpu pada akar budaya sunda. Seni sebagai edukasi dan pembentukan karakter adalah suatu tujuan kami disamping melestarikan seni dan budaya. Bagaimana melihat tiap personal yang memiliki bakat dan kelebihan yang berbeda-beda hingga kami pusatkan pada bakat yang dimiliki tiap personal tersebut, agar memiliki kemampuannya dengan terarah dan tepat sasaran. yang mempunyai bakat acting kami pusatkan pada wahana drama atau teater, yang punya bakat vokal kami pusatkan pada wahana seni suara, yang mempunyai keterampilan waditra/alat musik kami pusatkan pada wahana gamelan, hingga pada akhirnya kami satukan degan kerja ensamble menjadi suatu bentuk seni pertunjukan yang harmonis.
Wahana Satya Sunda juga berperan penting menyelamatkan generasi muda dari keterpurukan daya gaul yang salah kaprah. terkadang anak-anak remaja dengan emosinya yang labil ditambah lagi dengan pergaulan yang bebas, dalam artian "bebas" adalah salah asuhan, salah bergaul hingga terjerumus pada tatanan hidup seenaknya dan terkesan liar. Salah satu contoh: banyak anak-anak yang masuk komplotan geng motor kriminal, komunitas alcoholic bahkan terjerat NARKOBA. sebenarnya mereka-mereka ini (anak-anak remaja) menyimpan sejuta bakat positif dalam segala bidang, intinya mereka membutuhkan pengakuan dan eksistensi, namun cara dan jalan mereka untuk meraihnya terkadang salah. nah...untuk itu kami bertugas mengarahkan mereka pada suatu nilai yg positif. bagaimana kami membuat suatu grup musik perkusi, ternyata anak-anak remaja mampu menuangkan ide dan gagasan kreatifnya pada musik perkusi. alat bekas, ember bekas cat mereka pergunakan sebagai media musiknya hingga menghasilkan bunyi harmonis pada balutan musik kontemporer. ini salah satu bukti kalau seiap personal dan kelompok masyarakat mempunyai sejuta bakat, namun terkadang mereka cenderung intropert.
semoga saja anak-anak kita saat ini menjadi penyelamat untuk kelangsungan budaya warisan leluhur (budaya tradisional). Kalau bukan kita yang memberi kesadaran akan hal ini, maka kita tinggal menunggu kabar bahwa budaya kita mati ditelan zaman.
semoga tulisan ini menjadi manfaat untuk khalayak pembaca. Mohon maaf bila ide, gagasan dan tujuan kita berbeda. Perbedaan adalah harmonisasi kehidupan yang indah. Mari kita nikmati dan syukuri akan perbedaan ini sebagai nikmat Allah SWT. Terima kasih! (Wawan Supriatna,S.Sn)
Wahana Satya Sunda merupakan suatu wadah untuk masyarakat (anak-anak s/d orangtua) untuk menumbuhkan ide-ide kreatifitas yang bertumpu pada akar budaya sunda. Seni sebagai edukasi dan pembentukan karakter adalah suatu tujuan kami disamping melestarikan seni dan budaya. Bagaimana melihat tiap personal yang memiliki bakat dan kelebihan yang berbeda-beda hingga kami pusatkan pada bakat yang dimiliki tiap personal tersebut, agar memiliki kemampuannya dengan terarah dan tepat sasaran. yang mempunyai bakat acting kami pusatkan pada wahana drama atau teater, yang punya bakat vokal kami pusatkan pada wahana seni suara, yang mempunyai keterampilan waditra/alat musik kami pusatkan pada wahana gamelan, hingga pada akhirnya kami satukan degan kerja ensamble menjadi suatu bentuk seni pertunjukan yang harmonis.
Wahana Satya Sunda juga berperan penting menyelamatkan generasi muda dari keterpurukan daya gaul yang salah kaprah. terkadang anak-anak remaja dengan emosinya yang labil ditambah lagi dengan pergaulan yang bebas, dalam artian "bebas" adalah salah asuhan, salah bergaul hingga terjerumus pada tatanan hidup seenaknya dan terkesan liar. Salah satu contoh: banyak anak-anak yang masuk komplotan geng motor kriminal, komunitas alcoholic bahkan terjerat NARKOBA. sebenarnya mereka-mereka ini (anak-anak remaja) menyimpan sejuta bakat positif dalam segala bidang, intinya mereka membutuhkan pengakuan dan eksistensi, namun cara dan jalan mereka untuk meraihnya terkadang salah. nah...untuk itu kami bertugas mengarahkan mereka pada suatu nilai yg positif. bagaimana kami membuat suatu grup musik perkusi, ternyata anak-anak remaja mampu menuangkan ide dan gagasan kreatifnya pada musik perkusi. alat bekas, ember bekas cat mereka pergunakan sebagai media musiknya hingga menghasilkan bunyi harmonis pada balutan musik kontemporer. ini salah satu bukti kalau seiap personal dan kelompok masyarakat mempunyai sejuta bakat, namun terkadang mereka cenderung intropert.
semoga saja anak-anak kita saat ini menjadi penyelamat untuk kelangsungan budaya warisan leluhur (budaya tradisional). Kalau bukan kita yang memberi kesadaran akan hal ini, maka kita tinggal menunggu kabar bahwa budaya kita mati ditelan zaman.
semoga tulisan ini menjadi manfaat untuk khalayak pembaca. Mohon maaf bila ide, gagasan dan tujuan kita berbeda. Perbedaan adalah harmonisasi kehidupan yang indah. Mari kita nikmati dan syukuri akan perbedaan ini sebagai nikmat Allah SWT. Terima kasih! (Wawan Supriatna,S.Sn)
Minggu, 09 November 2014
PUSAT KONSERVASI SENI DAN BUDAYA “WAHANA
SATYA SUNDA”
DUSUN CIKUBANG RW 05 DESA CITALI,
KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG
CP :
081312159442-085956629716. Email : wahanasatyasunda@yahoo.com
Sumedang,
8 Oktober 2014
Nomor : 1001/WSS01/2014
Lamp. : 1 (satu)
Hal : Undangan Workshop Konservasi Permainan
Tradisional
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Guru
…………………………
Di –
Tempat
Dalam rangka
pelestarian seni budaya yang mengacu pada Perda
Kab. Sumedang Nomor 33 Tahun 2003 tentang Pelestarian Budaya Sunda di Kabupaten Sumedang, Perda Kab. Sumedang Nomor
1 Tahun 2007 tentang Peningkatan
kapasitas SDM seni budaya dan pariwisata. Ditambah dengan Perbup Nomor
113 Tahun 2009 tentang Sumedang
Puseur Budaya Sunda (SPBS).
Salah satu rangkaian penerapannya adalah upaya peningkatan profesi guru sebagai
pendidik dan ilmuwan yang professional dengan
tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan dan seni budaya melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat, serta upaya pendalaman pemahaman tentang tiga kompetensi yang harus
dimiliki para guru yaitu penguasaan bidang ilmu, keterampilan kurikulum, dan
keterampilan pedagogik.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Pusat Konservasi Seni
dan Budaya Wahana Satya Sunda bermaksud merealisasikannya secara berkala
berdasarkan ketentuan dan tahapan yang telah ditetapkan, melalui kegiatan :
“Workshop
Konservasi Permainan Tradisional”
(Sambutan Pembukaan : Ketua RW 05
Dusun Cikubang)
Acara ini akan diselenggarakan pada : Hari Minggu, Tanggal 7 Desember 2014, Pukul 09.00 WIB s/d Selesai, Di Pakarangan Ulin Wahana Satya Sunda
(Dusun Cikubang RT 01 RW 05 Desa Cital,i Kec. Pamulihan-Sumedang)
Adapun biaya pendaftaran dan administrasi setiap peserta
sebesar Rp.30.000,00/Orang dengan fasilitas : Snack dan Makanan Tradisional, Materi panduan workshop, diajarkan
membuat mainan tradisional, lagu-lagu permainan tradisional (kaulinan) dan belajar bermain permainan
tradisional.
Demikian untuk
menjadi perhatian, atas kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.
Ketua
Panitia Workshop
Pendiri
Pusat Konservasi Seni dan Budaya “Wahana Sayta Sunda”
Wawan Supriatna, S.Sn
.Tembusan Yth:
-
Kepala Desa Citali
-
Kepala Dusun
-
Ketua RW 05 Dusun Cikubang
-
Babinsa Desa Citali
Kamis, 06 November 2014
“Konservasi
Permainan Tradisional”
Oleh
: Wawan Supriatna, S.Sn
Sebagai
pelestarian budaya, permainan tradisional “kaulinan”
perlu kita perkenalkan dan kita tanamkan pada anak-anak kita sejak dini. Permainan
tradisional tak kalah serunya dan tak kalah pula manfaatnya sebagai kegiatan
edukasi dan mengembangkan kreatifitas. Permainan tradisional sangat memupuk
semangat kerjasama/kebersamaan, mempererat silaturahmi, mengembangkan bakat,
meningkatkan daya konsentrasi dan kreatifitas, serta menyehatkan tubuh dan
pikiran. Permainan tradisional ini tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak, namun
untuk kalangan dewasa, orang tua dan manula pun sangat berpeluang besar untuk
memanfaatkannya. Pertama setelah kami melakukan riset beberapa tahun di
Komunitas Hong Indonesia (Pusat Kajian
Permainan Tradisional), permainan tradisional ini ternyata bisa menjadi sebuah
media terapi. Penyakit stres ringan atau dalam bahasa anak masa kini sering
disebut “kegalauan/Galau” bisa dinetralisir, yakni dengan rutin mengikuti
kegiatan permainan tradisional.
Kami
“Wahana Satya Sunda” adalah komunitas
yg bergerak pada konservasi seni dan budaya tradisional pada umumnya. Media pelestarian
akan seni dan budaya tradisional sangatlah penting untuk mengimbangi modernisme
yang semakin menyeret bahkan menggempur kita pada tatanan hidup serba instan,
mewah (konsumerisme) dan bergaya kebarat-baratan,
sementara budaya ketimuran kita tertimbun dalam dan dilupakan. Bukan bermaksud
melawan modernitas tapi ini sebagai bentuk sikap pertahanan untuk kearifan budaya
lokal yang kita yakini sebagai nilai-nilai warisan leluhur (tradisional). Kami mengajak seluruh
lapisan masyarakat untuk terus menggali potensi budaya lokal dan tradisional
kita untuk kita jadikan sebagai edukasi/pendidikan terhadap anak-anak, aset
budaya dan pariwisata yang memiliki nilai-nilai estetika.
Muatan
edukasi Permainan tradisional sangatlah banyak, setiap permainan mengandung
makna dan nilai terhadap pelajaran yang kita dapatkan di sekolah. Sebagai contoh
; Permainan gatrik melatih logika matematika,
permainan congklak memacu social-enterpreneur, permainan egrang melatih keberanian, permainan bedil
jepret mengasah ilmu fisika, dan lain sebagainya. Intinya dalam semua jenis
permainan tradisional tidak hanya “bermain”
tetapi bagi saya adalah belajar, bekerja, mengasah otak, pikiran dan rasa “hati”.
Permainan
itu tidak hanya sekedar alat atau media komunal dan menjadi bahan perekat
sosial. Atau, dalam istilah lain mengutip Prof. Jakob Sumardjo, permainan
dimaknai sebagai ‘a play’. Permainan
adalah media untuk mengembangkan diri, secara fisik, otak, maupun hati–dalam
istilah sekarang, aspek motorik, kognitif, dan afektif-nya.
Tidak
bisa kita pungkiri permainan modern banyak masuk kedalam kehidupan anak kita,
akan tetapi itu sifatnya tekhnologi yang mengandalkan hasil antara “menang” dan “kalah”, bukan sebagai kreatifitas multifungsional. Berbeda dengan
permainan tradisional yang bisa kita buat dari media alam sekitar, yang kita
bikin, kita gunakan dan kita banggakan. Sebagai contoh ; “ seorang anak bikin keris-kerisan dari media daun kelapa (bahan Janur)
dengan cara dianyam, ia akan merasa bangga dengan bikinannya ketimbang punya
mainan mobil-mobilan hasil dibeli orangtuanya dari mall”. Suatu kebanggaan
tersendiri bagi anak atas kreatifitasnya sendiri. Bagus dan jeleknya hasil dari
kreatifitas si anak bukanlah nilai akhir, akan tetapi kreatifitas dan
kemampuannya dalam membuat suatu mainan tersebut yang menjadi sebuah nilai estetik.
Saya
sangat tertantang untuk terus ikut andil dalam pelestarian permainan
tradisional ini, setelah senior saya Kang Zaini Alif berhasil membentuk “Komunitas HONG” melakukan banyak penelitian
mengenai permainan tradisional nusantara bahkan permainan dunia hingga beliau
menyelesaikan tesis S2-nya tentang “kajian permainan tradisional”, kini
beliau sedang menyelesaikan S3
sebagai Profesor Mainan. Cukuplah bangga saya mempunyai senior sekaligus sahabat
dan teman bertukar pikiran. Dari awal berdirinya “komunitas HONG” yang dibentuk kang Zaini Alif saya sudah “icikibung”/banyak terlibat dalam
permainan tradisional bersama kang Zaini Alif, hingga saat ini saya mencoba
membentuk “komunitas Wahana Satya Sunda”
di tempat kelahiran saya, kampung Cikubang desa Citali kec. Pamulihan kab.
Sumedang, yakni Wahana Satya Sunda adalah sebagai media konservasi seni dan
budaya sunda pada khususnya, serta budaya nusantara pada umumnya. Kang Zaini
sempat mengutarakan satu impiannya kepada saya. Ia ingin Indonesia memiliki
museum permainan tradisional. “Kenapa tidak? Kita punya 800 lebih permainan.
Jepang saja yang punya 200-an sudah memiliki museum anu “hade”/(bagus)”.
Konservasi
permainan tradisional ini saya awali dengan memberikan program workshop kepada
guru-guru TK, PAUD dan Sederajat, serta guru-guru SD, yakni mengenai permainan
tradisional dan jenis-jenisnya hingga pada pelestariannya sebagai materi bahan
ajar para guru di sekolahnya masing-masing. Semoga program “konservasi
permainan tradisional” ini mampu menggerakan nyali saya untuk terus
melestarikan warisan budaya hingga tercapailah angan-angan saya untuk
menjadikan kampung ini sebagai wisata budaya.
Terimakasih
kepada seluruh peserta workshop kali ini, semoga bermanfaat dan melahirkan ide-ide
dan gagasan baru untuk terciptanya kearifan budaya lokal. Saya mengajak anda bergaya seperti anak kecil mengajak hompimpa
sebagai simbol: “Hompimpa alaihum
gambreng!” artinya “Dari Tuhan
kembali ke Tuhan (ceuk Kang Zaini).” Mari bermain, tapi tidak main-main…!
Pesan
terakhir saya : Jangan takut bermain “seharusnya
sebuah kejujuran mampu menggerakan nyali”.
Wassalam!
Penulis
Bandung,
6 November 2014
Selasa, 04 November 2014
sebagai pelestarian budaya. permainan tradisional (kaulinan barudak) perlu kita perkenalkan dan kita tanamkan pada anak-anak kita sejak dini. dalam permainan tradisional tak kalah serunya dan tak kalah pula manfaatnya. permainan tradisional (kaulinan barudak) sangat memupuk semangat kerjasama/kebersamaan, mempererat silaturahmi, mengembangkan bakat, meningkatkan daya konsentrasi dan kreatifitas, serta menyehatkan tubuh dan pikiran. Permainan tradisional (kaulinan barudak) ini tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak, namun untuk kalangan dewasa, orang tua dan manula pun sangat banyak manfaatnya. Pertama, setelah kami melakukan riset beberapa tahun di Komunitas Hong Indonesia (Pusat Kajian Permainan Tradisional) permainan tradisional ini sekarang bisa menjadi sebuah media terapi. yang sering mengalami stres ringan inilah salah satu jalan untuk menetralisir stres, yakni dengan rutin mengikuti kegiatan permainan tradisional.
Wahana Satya Sunda sebagai komunitas yg bergerak pada konservasi seni dan budaya tradisional pada umumnya. pelestarian akan seni dan budaya tradisional sangatlah penting untuk mengimbangi modernisme bahkan kapitalisme yang semakin menyeret kita pada tatanan hidup serba instan, mewah dan kebarat-baratan, sementara budaya ketimuran kita tertimbun dalam. bukan bermaksud melawan modernitas tapi ini sebagai bentuk pertahanan budaya lokal yang kita yakini sebagai nilai-nilai warisan leluhur (tradisional). kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus menggali potensi budaya lokal dan tradisional kita untuk kita jadikan sebagai aset budaya dan pariwisata yang memiliki nilai-nilai estetika.
Wahana Satya Sunda sebagai komunitas yg bergerak pada konservasi seni dan budaya tradisional pada umumnya. pelestarian akan seni dan budaya tradisional sangatlah penting untuk mengimbangi modernisme bahkan kapitalisme yang semakin menyeret kita pada tatanan hidup serba instan, mewah dan kebarat-baratan, sementara budaya ketimuran kita tertimbun dalam. bukan bermaksud melawan modernitas tapi ini sebagai bentuk pertahanan budaya lokal yang kita yakini sebagai nilai-nilai warisan leluhur (tradisional). kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus menggali potensi budaya lokal dan tradisional kita untuk kita jadikan sebagai aset budaya dan pariwisata yang memiliki nilai-nilai estetika.
Anda guru TK/PAUD dan sederajat? kami komunitas WSS_Sumedang akan
menggelar workshop mengenai "Permainan Tradisional", ini akan menjadi
bahan materi ajar untuk di TK/PAUD dalam mengolah kreatifitas dan potensi anak,
disamping itu untuk kami program ini sebagai pelestarian seni dan
budaya sekaligus sebagai konservasi dan wisata budaya. peserta terbatas. jika anda minat,
untuk pendaftaran dan info lebih lanjut silahkan hubungi kami di HP : 0813 1215
9442 atau ke email : wahanasatyasunda@yahoo.co.id/ Facebook : Wahana Satya Sunda / Twiter :@WSS_Sumedang.
Terimakasih dan Selamat Bergabung
Terimakasih dan Selamat Bergabung
Minggu, 26 Oktober 2014
Creatifitas & Education
Wahana Satya Sunda memberikan peluang bagi para siswa-siswi, masyarakat umum, atau wisatawan yang berkunjung ke tempat kami untuk menggali kreatifitas. pengolahan media alam (organik) bisa menjadi sebuah karya tertentu. misal : media tangkai dan daun singkong yang sudah terjatuh dari pohonnya bisa dikumpulkan dan dijadikan suatu karya menarik, yakni wayang-wayangan. kreatifitas seseorang akan bisa terlihat dari cara membuat dan hasil buatannya. psikologi seseorang pula bisa dilihat dari hasil karyanya. disinilah (di wahana satya sunda) kami banyak menemukan jati diri seseorang, saling bertukar pikiran, wawasan, pengetahuan dan ilmu tentunya. kami belajar hanya pada sarana halaman rumah seadanya, bahkan terkadang di kebun, sawah atau lapangan. kami tidak merasa minder dengan komunitas lain yang memiliki sarana memadai seperti sebuah pendopo, padepokan bahkan gedung kesenian. tapi kami belajar dari kesederhanaan, apa adanya. jangankan pengusaha, sponsor produk yang membantu kami, yang namanya Dinas terkait seperti Disparbud atau Dewan Kebudayaan pun tak pernah melirik kami. kami tak butuh mereka, yang terpenting kami ada ditengah-tengah masyarakat (khalayak) dan tentunya mereka menikmati dan menghargai kami. kami memang kecil tapi dari kekerdilan ini kami mampu membuat hati kami menjadi besar. seniman besar banyak tapi seniman yang memiliki kebesaran hati...,itu tidak banyak.
Wahana Satya Sunda.....,kami juga punya pelestarian seni Reak yang mana kesenian ini sebagai budaya dan adat pengiring pengantin sunat. seorang anak laki-laki yang akan disunat ditempat mantri sunat biasanya diarak memakai seni reak. alat musik dog-dog, angklung serta barong (bangbarongan) menambah suasana harmonis seni Reak ini. kini selain sebagai pengiring pengantin sunat, di event tertentu pun seni reak ini bisa menjadi penghangat suasana, bagaimana teatrikal dari pada para pelakunya membuat para penonton ingin terlibat kedalam suasana tersebut.
Tak Ada Tempat
kami
memang tak punya tempat yang layak untuk bereksplorasi. tapi kami punya
semangat untuk mewujudkannya. suatu saat tempat kami berproses ini akan
menjadi tempat yg layak untuk dikinjungi dan dinikmati. kami memang
muda, tapi rencana kami matang. kami memang kecil, tapi semangat dan
tujuan kami sangat besar. seni bagi kami adalah penelusuran jati diri
dan wadah untuk menempatkan kreatifitas dan karya. modernitas bagi kami
adalah cerminan supaya kita bisa memperkuat kedaerahan kita. tradisi
sunda yg kita tuangkan lewat bungkus modernisme namun isinya penuh
dengan nilai-nilai tradisi masyarakat kami. bagaimana kawih lagu-lagu
sunda diiringi alat musik sampah? penasaran? inilah....Berebet Percusion
yg lahir di Wahana Satya Sunda.